Berita

Tangkapan layar Presiden Prabowo Subianto/RMOL

Politik

Pidato Prabowo Bawa Angin Segar Swasembada Pangan dan Energi

SENIN, 21 OKTOBER 2024 | 12:57 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Direktur Eksekutif Human Studies Institute (HSI), Rasminto, memberikan catatan pada pidato perdana Presiden Prabowo Subianto yang menyampaikan komitmennya untuk swasembada pangan dan energi merupakan pilar memperkokoh ketahanan nasional.

"Komitmen tersebut disampaikan Presiden Prabowo melalui program swasembada pangan dan energi. Beliau menekankan pentingnya kemandirian di sektor-sektor strategis guna menjaga stabilitas dan ketahanan nasional," ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin, 21 Oktober 2024.

Menurutnya, pandangan Presiden Prabowo ini merupakan fondasi penting dalam upaya menjaga kedaulatan negara, terutama di tengah ancaman krisis global yang dapat berdampak pada pasokan pangan dan energi.


“Komitmen swasembada pangan dan energi yang disampaikan oleh Presiden Prabowo adalah bagian integral dari memperkokoh ketahanan nasional. Ketahanan yang kuat di kedua sektor ini akan menjadi penopang utama bagi keberlangsungan ekonomi dan stabilitas politik di Indonesia,” ujarnya.

Rasminto juga menilai bahwa visi swasembada ini sejalan dengan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim dan ketidakpastian ekonomi global.

“Ketergantungan pada impor dapat melemahkan ketahanan nasional. Oleh karena itu, swasembada pangan dan energi menjadi strategi kunci dalam menghadapi krisis yang mungkin terjadi di masa depan," jelas dia.

Pakar geografi politik Universitas Islam 45 (Unisma) ini berharap Presiden Prabowo melakukan langkah besar dengan segera melakukan revisi UU Migas dalam mewujudkan swasembada energi.

“Revisi UU Migas merupakan salah satu elemen kunci untuk memastikan bahwa pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi rakyat, apalagi konstitusi kita jelas diatur dalam pasal 33 UUD 1945," jelasnya lagi.

Lebih lanjut, Rasminto menyatakan adanya fenomena menarik tentang 'paradox of plenty' atau kutukan sumber daya alam yang ada dalam gagasan strategis dalam buku Presiden Prabowo berjudul 'paradoks Indonesia'.

"Isi buku tersebut tentang fenomena dalam mitos paradox of plenty, mengajarkan kita bahwa negara yang berlimpah SDA nya seperti minyak dan gas, performa pembangunan ekonomi dan tata kelola pemerintahannya kerap lebih buruk dibandingkan negara-negara yang sumberdaya alamnya lebih kecil," tegasnya.

Rasminto memandang gagasan menjadi macan Asia dan komitmen kebangsaan Prabowo jadi kunci kemajuan Indonesia dalam pemerintahan ke depan.

"Perlu gagasan dan komitmen kuat agar kita dapat keluar dalam fenomena kutukan sumberdaya alam tersebut, gagasan menjadikan Indonesia sebagai 'Macan Asia' yang selalu digaungkan Presiden Prabowo menjadi optimisme baru Indonesia," urainya.

Rasminto mendukung gagasan tersebut, namun ia juga mengingatkan bahwa tantangan utama adalah memastikan bahwa revisi UU Migas tidak hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu, melainkan seluruh lapisan masyarakat.

"Kemandirian energi harus diiringi dengan distribusi hasil yang adil, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang justru bisa memperkuat mitos tersebut," ujarnya.

Lebih jauh, ia sangat optimis pemerintahan ke depan dengan komitmen Prabowo terhadap swasembada pangan dan energi mencerminkan upaya yang serius dalam mewujudkan kedaulatan yang sesungguhnya bagi Indonesia.

“Melalui dukungan kebijakan yang tepat, serta implementasi program yang konsisten, swasembada pangan dan energi dapat dicapai oleh komitmen kuat kabinet merah putih Prabowo dalam waktu yang tidak terlalu lama,” tutupnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya