Berita

Menteri Perdangan Zulkifli Hasan (Zulhas)/Net

Bisnis

Kemendag Jangan Sembunyi-sembunyi Impor Beras

SENIN, 14 OKTOBER 2024 | 12:43 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendapat kritik dari publik, akibat melakukan impor beras di tengah ketercukupan stok yang dicatat badan urusan logistik (Bulog).

Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori menilai, keterbukaan pemerintah dalam melakukan impor pangan terutama beras, mesti dikedepankan untuk menghindari potensi kerugian.

"Yang paling penting pemerintah jangan sembunyi-sembunyi ketika memutuskan impor. Kecuali kalau kita memang punya regulasi seperti di China, yang (kebijakannya) stok pangan itu rahasia negara," ujar Khudori kepada Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL pada Senin, 14 Oktober 2024.


Dia mengurai, berdasarkan perkiraan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada April-Mei 2024, mencatat rencana impor 5 juta ton lebih diubah, menjadi 3,6 juta ton.

"Sampai hari ini, sebetulnya yang saya tahu yang sudah diterbitkan persetujuan impornya 3,6 juta ton. Kalau melihat realisasi impor beberapa hari lalu belum sampai 3 juta, tapi 2,7 juta ton realisasinya," urainya. 

Tetapi berdasarkan catatan Bulog, stok beras diperkirakan mencukupi kebutuhan sampai akhir tahun ini, karena kini jumlah yang ada di gudang Bulog masih 1,564 juta ton atau di atas kebutuhan yang hanya 1,2 juta ton.

Adapun dari pengalaman kebijakan impor beras di tahun 2018, Khudori mendapati ada kesalahan kebijakan dilakukan pemerintah, sehingga berakibat pada kerugian.

"Impor yang nggak prudent itu salah satunya pada tahun 2018, itu (jumlahnya) 2,2 juta ton. Itu impor diputuskan tanpa ada analisis kebutuhan yang jelas. Setelah diimpor justru nggak kepakai, salah waktu karena datang pada saat panen raya," jelas dia.

"Akhirnya jadi masalah di tahun-tahun berikutnya. Bulog bertahun-tahun harus mengelola beras impor itu dan tidak ada outlet penyaluran yang pasti. Dan ketika beras itu disimpan di gudang, karena beras tidak bisa tahan lama maka potensi turun mutu bahkan rusak," sambungnya.

Karena hal tersebut, Khudori mendapati jumlah kerugian negara yang muncul, dan mendapat sorotan serius dari masyarakat luas.

"Kan (kejadian) 2018 itu sempat ramai karena ada 20-an ribu ton beras yang harus di-disposal atau dikeluarkan, dari pencatatan bulog karena memang rusak. Itu ramai walaupun nilainya hanya beberapa miliar gitu," jelasnya lagi.

Oleh karena itu, Khudori mengharapkan pemerintah terutama Kemendag sebagai pemegang wewenang atas persetujuan impor beras, dapat terbuka dalam mengeluarkan kebijakan pangan ini juga demi menghindari kerugian untuk para petani.

"Pemerintah jangan sembunyi-sembunyi, bahwa impor harus dilakukan secara transparan, dihitung secara benar, dikalkulasi kebutuhannya, tidak berlebihan, dan dilakukan di saat yang tepat," kata Khudori.

"Karena kalau tidak demikian pasti muncul dampaknya, terutama kalau beras ke petani yang akan merasakan. Jangan sampai impor itu disinsentif kepada petani, yang dimana hari-hari ini masih menikmati harga gabah cukup bagus, tapi jangan sampai karena kesalahan dalam impor justru itu buyar semua," tandasnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya