Berita

Ilustrasi/RMOL

Bisnis

Harga Beras Turun Tajam Setelah India Longgarkan Pembatasan Ekspor

JUMAT, 04 OKTOBER 2024 | 09:29 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Harga beras di Asia mengalami penurunan paling tajam dalam lebih dari 16 tahun. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran atas pasokan setelah India melonggarkan beberapa pembatasan ekspor.

Dikutip dari Blomberg, Jumat (4/10),  Asosiasi Eksportir Beras Thailand mengatakan bahwa beras putih Thailand yang menjadi patokan Asia, anjlok sekitar 11 persen menjadi 509 Dolar AS per ton pada Rabu. 

Itu adalah penurunan terbesar dalam data yang dikumpulkan sejak Mei 2008, dan memperpanjang penurunan harga yang berkepanjangan ke level terendah dalam lebih dari 15 bulan.

Beras menguat tahun lalu setelah pengirim utama India menerapkan pembatasan ekspor untuk menahan harga lokal menjelang pemilihan umum. 

Negara Asia itu melonggarkan beberapa pembatasan setelah pemilihan nasional baru-baru ini, sebuah langkah yang dapat membantu meredakan kelebihan pasokan domestik dan memangkas biaya impor untuk negara-negara seperti Indonesia dan Senegal.

Gandum sangat penting bagi pola makan miliaran orang dan menyumbang hingga 60 persen dari total asupan kalori bagi orang-orang di beberapa wilayah Asia Tenggara dan Afrika. Sementara harga beras telah menurun, biaya bahan makanan pokok lainnya meningkat karena cuaca ekstrem mengancam panen di seluruh dunia. 

India sejak 2022 melakukan serangkaian pembatasan ekspor untuk menjaga keamanan pangan dalam negeri dan mengendalikan inflasi. Keputusan India kala itu sempat menyebabkan lonjakan harga beras di Asia ke level tertinggi sejak 2008.

Beberapa minggu lalu, meski telah membuka pembatasan ekspor, Pemerintah India menetapkan sejumlah persyaratan seperti harga minimum 490 Dolar AS per ton (sekitar Rp7.411.176 per ton) atau setara Rp7.411 per kilogram. 

Sepanjang empat bulan pertama tahun fiskal, ekspor beras India turun hampir 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencapai 5,26 juta ton. 

Langkah ini dianggap sebagai upaya India untuk mengatasi kelebihan pasokan sebelum musim panen baru pada bulan ini.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya