Berita

Ilustrasi/RMOL

Bisnis

Indonesia Alami Deflasi Panjang Serupa Krisis 1999

RABU, 02 OKTOBER 2024 | 13:11 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Tren deflasi atau penurunan harga yang terus berlanjut selama lima bulan berturut-turut menjadi alarm bahaya bagi perekonomian Indonesia.

Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 minus 0,12 persen secara bulanan (mtm). Angka ini menjadi penurunan yang paling dalam sepanjang tahun 2024.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan pada tahun 1999 lalu, usai krisis finansial Asia, Indonesia juga pernah mengalami tren deflasi serupa selama 7 bulan beruntun dari Maret hingga September 1999.

“Indonesia pernah mengalami deflasi 7 bulan berturut-turut selama bulan Maret 1999 sampai September 1999 akibat dari penurunan harga beberapa barang pada saat itu setelah inflasi yang tinggi,”kata Amalia pada Selasa (1/10) di Kantor BPS, Jakarta Pusat.

Menurutnya, inflasi yang terjadi pada saat itu disebabkan oleh depresiasi dari nilai tukar rupiah. Untuk itu, ketika tekanan depresiasinya menurun, kondisi tersebut membuat harga-harga kembali pada keadaan semula.

“Jadi deflasi itu dibentuk karena adanya harga yang turun,” katanya.

Selain pada tahun 1999, deflasi beruntun juga pernah dialami Indonesia pada 2008 hingga 2009, akibat turunnya harga minyak dunia.

Selain itu, pada masa Pandemi Covid-19 di 2020, deflasi juga sempat dialami Indonesia. Namun, saat itu, deflasi beruntun hanya terjadi selama tiga bulan, yakni pada bulan Juli hingga September 2020.

Sementara, dalam periode ini, Amalia menjelaskan bahwa turunnya harga pangan menjadi faktor utama penyebab terjadinya deflasi beruntun tahun ini. 

Penurunan harga itu dialami oleh produk tanaman pangan holtikultura seperti cabai merah, cabai rawit, daun bawang, dan wortel, serta produk peternakan seperti telur ayam ras dan daging ayam ras yang beberapa bulan sebelumnya sempat mengalami peningkatan.

Tak hanya itu, penurunan harga ini, kata Amalia juga dikarenakan oleh biaya produksi yang turun, 

“Karena biaya produksi turun, tentunya ini akan dicerminkan pada harga di tingkat konsumen turun. Nah, inflasi maupun deflasi ini yang tertangkap di IHK,” tuturnya.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya