Berita

Aneka permadani/Ist

Bisnis

Karpet Persia, Eksotik dan Banyak Dikoleksi sebagai Investasi

JUMAT, 27 SEPTEMBER 2024 | 09:27 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemadani bukan sekadar alas duduk atau pemanis interior dalam tata ruang. Jauh dari abad ke-4, permadani sudah menjadi sebuah karya seni dan memiliki unsur budaya kuat yang tak ternilai maknanya.

Selembar permadani bisa menjadi koleksi seni yang memesona dan memberikan pengetahuan tentang karakter tenunan, desain, hingga gaya hidup. 

Dalam diskusi bertajuk “Menjaga Budaya dan Seni Permadani Persia di Indonesia” di Jakarta, Pakar Kajian Persia sekaligus Dosen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (FIB-UI), Bastian Zulyeno, Ph.D., mengatakan permadani adalah seni kerajinan tenun tangan Persia yang tertua di dunia.

“Seni masyarakat mana pun berakar pada adat istiadat dan tradisi, yang disempurnakan seiring berjalannya waktu. Karpet atau permadani adalah salah satu simbol terpenting cita rasa, seni, dan keindahan masyarakat Persia," ujar Bastian Zulyeno, dikutip Jumat (26/9). 

Ia memaparkan, karpet tenun tangan Persia tertua ditemukan pada tahun 1949 pada penggalian tahap kedua oleh arkeolog Rusia Rudenko di wilayah Pazyryk, Siberia, dan diberi nama karpet Pazyryk. 

Dalam buku yang diterbitkannya di Rusia pada tahun 1953, Rudenko menulis penjelasan rinci tentang karpet yang tidak tertutup dan dengan jelas menyatakan bahwa itu adalah karya penenun Persia sekaligus menjadi karpet tertua di dunia. 

“Sejarah karpet ini dapat dilihat dari bentuk penunggang kudanya," kata Bastian.

"Cara menampilkan kuda perang yang di punggungnya dibentangkan karpet sebagai pengganti pelana dan kain di dada kudanya, merupakan ciri khas bangsa Asyur/Asiria, kelompok suku asli Timur Tengan di wilayah Mesopotamia,“ lanjutnya.

Tenun karpet mencapai tingkat keindahan dan teknik yang sangat tinggi. Kemakmuran industri ini mungkin bertepatan dengan pemerintahan Ghazan Khan di Persia (1295-1307 M). 

Namun, puncak kejayaan karpet klasik Iran yang dikenal dengan renaisans karpet Iran tercatat pada masa Kesultanan Safawi (1499-1722 M), khususnya pada masa pemerintahan Syah Tahmasab I (1524-1587 M) dan Syah Abbas Kabir. (1587-1629 M). 

Sejak era ini, sekitar 3000 karpet telah dilestarikan di museum-museum besar dunia atau koleksi pribadi. 

Selama periode ini, pusat-pusat kerajinan karpet dibangun di sebelah istana raja-raja, seperti di Tabriz, Isfahan, Kashan, Mashhad, Kerman, Joshghan, Yazd, Estrabad, Herat, Shirvan, Karabagh, dan Gilan.

Kata dari bahasa Arab untuk karpet ????, adalah permadani yang dapat dihamparkan yang dibentangkan di atas tanah untuk memberikan kedamaian bagi mereka yang duduk di atasnya, seperti halnya bumi/tanah, yang ciri-ciri inherent adalah ekspansi, keibuan, dan buaian. 

Di sisi lain, bumi adalah gambaran langit. Oleh karena itu, karpet merupakan cerminan singgasana, kata Bastian.

Tenun karpet tidak diragukan lagi merupakan salah satu perwujudan budaya dan seni Iran yang paling menonjol. Identitas nasional orang Iran terkait dengan tenun karpet. 

Pengusaha permadani, Malik Mahboob Ahmed, mengatakan bahwa sampai saat ini karpet Persia menjadi pilihan yang selalu diminati dan diburu banyak orang. 

Keistimewaan karpet jenis ini adalah motif, kualitas bahan, dan pengerjaannya yang sangat detail buatan tangan. 

Tidak hanya sekadar untuk penutup lantai, karpet dan permadani juga bisa untuk gengsi dan gaya hidup. 

Pemilik "Alhamd Carpet' ini bahkan mengatakan, banyak yang memburu karpet Persia untuk dikoleksi sebagai investasi.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya