Berita

Pabrik Kompor Quantum/Tangkapan Layar

Bisnis

Sempat Berjaya di Era 90-an, Begini Perjalanan Pabrik Kompor Quantum di Indonesia

JUMAT, 13 SEPTEMBER 2024 | 13:38 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Perusahaan legendaris yang memproduksi kompor gas merek Quantum resmi dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan Niaga, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 22 Juli 2024. 

Keputusan ini menjadi akhir dari kisah perjalanan Quantum yang pernah berjaya di pasar domestik pada era 90-an.

Berdasarkan situs Resmi ITB, pabrikan PT Aditec Cakrawiyasa ini didirikan oleh Rawono Sosrodimulyo pada tahun 1993, yang merupakan lulusan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI-ITB). 

Pabrik tersebut didirikan dengan tekad yang kuat dari Rawono untuk mengembangkan produk lokal di tengah dominasi produk asing dalam industri rumah tangga, khususnya kompor gas. 

Pasalnya, di awal 1990-an, pasar Indonesia masih didominasi oleh merek internasional seperti Rinnai dan Hitachi dari Jepang. Sementara satu-satunya pesaing lokal besar adalah Maspion. Berangkat dari tantangan ini, Rawono memutuskan untuk menciptakan kompor gas lokal yang kompetitif.

Dengan modal semangat dan hanya dibantu empat orang karyawan, Rawono mulai mengembangkan Quantum dari garasi rumahnya. 

Selama dua tahun, ia dan timnya melakukan riset hingga akhirnya pada tahun 1995, Quantum mulai diproduksi. Harga yang terjangkau membuat produk ini langsung diminati masyarakat, dan menjadi produk unggulan di pasar domestik.


Quantum Sempat Terguncang Krisis Moneter

Namun, bisnis Quantum sempat terguncang oleh krisis ekonomi 1997-1998, yang mengakibatkan kerugian besar. 

Rawono kemudian mengambil langkah strategis dengan mengurangi biaya produksi melalui penggantian bahan baku yang lebih murah, seperti penggunaan aluminium alih-alih baja. Langkah ini berhasil, dan membuat Quantum kembali meraih keuntungan dengan kompor gas yang dijual di kisaran harga Rp100-200 ribu.


Putar Otak dengan Inovasi Produk

Kesuksesan Quantum tidak hanya berhenti pada produk kompor gas. Pada tahun 2002, perusahaan ini memperluas portofolio produknya dengan menghadirkan selang gas, regulator, blender, dan berbagai peralatan rumah tangga lainnya. 

Rawono menyebut inovasi sebagai kunci keberhasilan Quantum. Salah satu pencapaian inovatifnya adalah efisiensi gas kompor yang mencapai 68,9 persen, jauh lebih unggul dibandingkan kompetitornya.

"Efisiensi gas kompor kami mencapai 68,9%. Itu sangat tinggi dibanding kompetitor. Teknologi paten yang kami gunakan sangat penting untuk menekan penggunaan gas, sehingga jatuhnya lebih murah," ungkap Rawono dalam wawancaranya kepada Global Business Guide Indonesia 2013 silam, dikutip Jumat (13/9).

Puncak kejayaan Quantum kembali terjadi pada 2006-2007, saat pemerintah Indonesia mengubah kebijakan energi dengan mengalihkan penggunaan bahan bakar dari minyak tanah ke gas. 

Quantum memanfaatkan peluang ini dengan sukses menguasai sekitar 30 persen pangsa pasar kompor gas di Indonesia, dan produknya digunakan oleh sekitar 12 juta keluarga. 

Selang regulator Quantum bahkan juga sempat memimpin pasar dengan pangsa sebesar 58 persen. Pada tahun 2015, Quantum mencatat penjualan senilai lebih dari Rp700 miliar.


Quantum Akhiri Masa Kejayaan di 2024

Namun, meski pernah menjadi pelopor kompor gas lokal dan mengantongi berbagai inovasi, kejayaan Quantum tidak bertahan lama. Setelah melawati berbagai tantangan, kejayaan Quantum resmi berakhir pada 2024 dengan dinyatakannya perusahaan tersebut pailit.

Direktur PT Aditec Cakrawiyasa, Iwan Buana menjelaskan pailit tersebut disebabkan oleh menurunnya penjualan dan meningkatnya utang perusahaan.

Selain itu, salah satu yang menjadi sorotannya yaitu tingginya persaingan antara produk lokal dengan barang impor.

Imbas dari keputusan pailit ini membuat sekitar 511 pekerja pabrik terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya