Jika PDIP tetap mengusung Pramono Anung-Rano Karno pada Pilkada DKI Jakarta hampir dipastikan masuk perangkap Joko Widodo (Jokowi).
Demikian antara lain disampaikan Direktur Eksekutif Oversight of The Indonesian Democratic Policy, Satyo Purwanto kepada wartawan di Jakarta, Selasa (27/8).
“Tanpa sadar mereka sekali lagi masuk perangkap. Sebab si calon adalah representasi istana yang hari ini pun masih nyaman jadi stafnya Jokowi,” kata Satyo.
Pramono Anung, satu di antara kader PDIP yang masih berada di kabinet Indonesia Maju, Jokowi-Maruf Amin.
Padahal, lanjut Satyo, harusnya PDIP dapat mengambil momentum dari perjuangan mahasiswa dan rakyat Indonesia agar tegaknya konstitusi dan demokrasi di Indonesia.
“Dari pembajakan dinasti Jokowi melalui revisi UU Pilkada yang akhirnya kandas dengan gempuran demo besar-besaran hampir di seluruh Indonesia,” tandasnya.
Momentum ini, menurut Satyo, akan maksimal jika PDIP mengusung Anies. Pasalnya, aktivis buruh itu menilai sosok Anies merupakan simbol demokrasi dan perubahan.
“Momentum
golden ticket bersama Anies yang berdasarkan riset internal memiliki kekuatan 57 persen mestinya bisa berakibat multiplier efek guna mendongkrak kembali suara PDIP secara nasional,” ujar Satyo.
Di sisi lain, PDIP merupakan partai yang paling merasakan kekuatan dan tekanan dari kekuasaan bisa rebound dengan mendapat simpati dan dukungan puluhan juta suara pendukung Anies Baswedan di seluruh Indonesia dan luar negeri.
“Momentum dan peluang rebound PDIP jika tidak dipergunakan sebagaimana mestinya, maka patut diduga PDIP sedang dalam tekanan atau malah tersandera akibat adanya ancaman sprindik? bener ngga sih?” demikian Satyo Purwanto.