Optimisme investor di Bursa Saham Indonesia terlihat masih berupaya bertahan dalam sesi perdagangan awal pekan ini, Senin 29 Juli 2024.
Di tengah minimnya sentimen, baik global maupun internal, pelaku pasar terkesan ragu untuk melanjutkan aksi rally lebih jauh.
Situasi ini jauh berbeda dengan yang terjadi di bursa saham utama Asia, di mana gerak Indeks dengan seragam melonjak sangat signifikan.
Serangkaian kabar menyebutkan, pelaku pasar di Asia yang hanya membekali diri dengan sentimen positifnya Indeks Wall Street dalam sesi penutupan akhir pekan lalu, menyusul rilis data PCE Price Index di Amerika Serikat.
Investor di Asia juga masih memiliki ekspektasi positif sejumlah rilis data di sepanjang pekan ini, terutama dari China dan Australia.
Gerak Indeks akhirnya melompat dalam kisaran tajam.
Hingga sesi perdagangan ditutup, indeks Nikkei menjadi pioner setelah melambung fantastis 2,13 persen dengan menutup di 38.468,63, lonjakan tajam juga dialami Bursa saham Korea Selatan dengan Indeks KOSPI melompat 1,23 persen di 2.765,53.
Sementara indeks ASX 200 (Australia) melonjak 0,86 persen dengan menjejak posisi 7.989,6.
Pada Bursa Saham Indonesia, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau konsisten menyisir zona penguatan di sepanjang sesi perdagangan. Namun pelaku pasar terlihat kekurangan tenaga hingga sempat menghantarkan IHSG berulangkali menginjak zona pelemahan tipis.
Sesi pembukaan perdagangan di Bursa Utama Eropa yang cenderung positif terlihat kurang mampu untuk memberikan energi tambahan bagi IHSG kali ini.
Laporan lain dari sentimen terkini di Eropa menyebutkan, rilis kinerja keuangan semester pertama perusahaan pabrikan bir terkemuka, Heineken, yang mengecewakan investor. Saham Heineken disebutkan mabuk alias runtuh hingga 7 persen mengawali sesi perdagangan.
IHSG akhirnya menutup sesi awal pekan ini dengan naik sangat tipis terbatas 0,01 persen di 7.288,9.
Pantauan juga memperlihatkan, IHSG yang terkesan berupaya konsisten menjejak posisi di atas level psikologis nya di kisaran 7.300-an, namun terlihat kesulitan di pertengahan sesi perdagangan sore.
Pantauan lebih rinci menunjukkan saham-saham yang tergabung dalam Indeks dividen tertinggi, IDXHIDIV20 yang mengalami koreksi paling mencolok.
Hingga sesi perdagangan ditutup, IDXHIDIV20 tercatat merosot 0,56 persen di 549,84.
Sementara sebaliknya, saham-saham yang tergabung dalam Indeks sektor properti IDXPROPERT justru mengalami panen cuan.
Hingga berakhir nya sesi perdagangan sore, IDXPROPERT melompat tajam 0,75 persen di 638,39. Pergerakan IHSG kali ini dengan demikian, diwarnai tarik menarik antara Saham unggulan di IDXHIDIV20 dengan IDXPROPERT.
Di sisi lainnya, gerak harga bervariasi terjadi pada jajaran saham unggulan yang masuk dalam teraktif ditransaksikan. Diantaranya: BBRI naik 0,42 persen di Rp 4.780, BMRI turun 1,14 persen di Rp 6.475, TLKM melemah 1,61 persen di Rp 3.050, BBCA turun 0,72 persen di Rp 10.250, BBNI naik 0,5 persen di Rp 5.025, serta UNTR turun 1,2 persen di Rp 24.675, dan ADRO yang berakhir flat di Rp 3.180.
Pola gerak berkebalikan terlihat pada pasar uang, di mana nilai tukar Rupiah terpantau konsisten menapak zona pelemahan terbatas. Rupiah terlihat kesulitan untuk sekedar menjejak zona hijau meski secara temporer. Sentimen dari pasar uang global yang masih bertahan di rentang gerak sempit, terlihat membuat Rupiah tidak memiliki energi yang cukup.
Hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung, Rupiah tercatat ditransaksikan di kisaran Rp 16.275 per Dolar AS atau menguat moderat 0,06 persen.
Pantauan juga menunjukkan, mata uang Asia yang terlihat kompak bergerak bervariasi dalam rentang tipis dengan pengecualian Ringgit Malaysia yang mampu menguat tajam.
Gerak sempit nilai tukar mata uang Asia terlihat seiring dengan situasi di pasar uang global.
Investor di Asia dan pasar global diyakini masih menantikan rilis data perekonomian terkini dari Amerika Serikat, terutama menyangkut data non- farm payroll yang akan dirilis Jumat akhir pekan ini. Gerak lemas Rupiah, juga tak terlepas dari sikap investor tersebut.
Selain itu, Rupiah juga diyakini akan mendapatkan suntikan sentimen domestik yang positif pada Kamis lusa, ketika rilis data PMI manufaktur dan data inflasi bulanan dilakukan.