Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berpidato di Kongres AS pada Rabu, 24 Juli 2024/WHYY
Dalam pidatonya yang berapi-api di depan Kongres Amerika Serikat, Netanyahu menyampaikan janjinya untuk mencapai kemenangan penuh di Jalur Gaza.
Mengenakan pin kuning yang merepresentasikan solidaritas terhadap sandera Israel, Netanyahu menegaskan bahwa pasukan Israel akan tetap berperang untuk menghancurkan Hamas dan menghapusnya dari Gaza.
“Israel akan berperang sampai kita menghancurkan kemampuan militer Hamas dan kekuasaannya di Gaza dan memulangkan semua sandera kita. Itulah arti Itulah arti kemenangan total. Dan kami akan menerima apa pun yang kurang dari itu," tegasnya, seperti dikutip dari
Associated Press pada Kamis (25/7).
Dalam kesempatan itu, Netanyahu juga mendesak AS untuk tetap mendukung Israel karena yakin bahwa kemenangan sudah ada di depan mata.
“Amerika dan Israel harus berdiri bersama. Ketika kita berdiri bersama, sesuatu yang sangat sederhana terjadi. Kita menang, mereka kalah,” kata Netanyahu.
Netanyahu yang sering dituduh ikut campur dalam politik AS memulai pidatonya dengan memuji Presiden Joe Biden.
Namun dia kemudian melontarkan pujian kepada mantan presiden Partai Republik Donald Trump, atas semua yang telah dia lakukan untuk Israel.
Pemimpin Israel itu dijadwalkan bertemu dengan Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris pada hari Kamis (25/7), dan dengan Trump di Mar-a-Lago pada hari Jumat (26/7).
Kunjungan Netanyahu dibayangi oleh gejolak politik AS, termasuk upaya pembunuhan terhadap Trump dan keputusan Biden untuk tidak mencalonkan diri lagi.
Pemerintahan Biden mengatakan pihaknya ingin melihat Netanyahu memfokuskan kunjungannya untuk membantunya menyelesaikan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Semakin banyak warga Israel yang menuduh Netanyahu memperpanjang perang untuk menghindari kemungkinan jatuhnya kekuasaan setiap kali konflik berakhir.
Kedatangan Netanyahu di Washington juga terjadi hanya beberapa hari setelah Mahkamah Internasional (ICJ) mengeluarkan fatwa hukum yang menyatakan pendudukan Israel di Palestina ilegal.
Netanyahu diduga berusaha melobi sekutu Baratnya agar bisa menekan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) sehingga tidak mengeluarkan surat penangkapan atas dirinya dalam kasus kejahatan perang.