Raksasa pencarian Google seakan menelan ludah sendiri dengan membatalkan janjinya untuk menghapus cookie pihak ketiga di perambaan Chrome-nya.
Dalam pernyataannya awal pekan ini, Google mengungkapkan pihaknya berencana untuk tetap menyimpan paket kode kecil yang dimaksudkan untuk melacak pengguna di internet tersebut.
Pembalikan besar ini menyusul kekhawatiran dari pengiklan yang jadi sumber pendapatan terbesar perusahaan, di mana mereka mengatakan dengan hilangnya cookie di browser paling populer di dunia akan membatasi kemampuan mereka untuk mengumpulkan informasi guna mempersonalisasi iklan, sehingga membuat mereka bergantung pada basis data pengguna Google.
Otoritas Persaingan dan Pasar Inggris juga telah meneliti rencana Google karena kekhawatiran akan menghambat persaingan dalam periklanan digital.
"Daripada menghentikan penggunaan cookie pihak ketiga, kami akan memperkenalkan pengalaman baru di Chrome yang memungkinkan orang membuat pilihan berdasarkan informasi yang berlaku di seluruh penjelajahan web mereka, dan mereka dapat menyesuaikan pilihan tersebut kapan saja," kata Anthony Chavez, wakil presiden inisiatif Privacy Sandbox yang didukung Google, seperti dikutip dari
Reuters, Kamis(25/7).
Cookie pihak ketiga adalah data yang disimpan di browser pengguna oleh situs selain laman web yang sedang dikunjungi. Biasanya, cookie ini digunakan untuk melacak pengguna di berbagai situs lain.
Dengan ini, pengiklan dapat melacak kebiasaan dan minat penelusuran pengguna di internet. Namun, cookie juga dapat digunakan untuk pengawasan yang tidak diinginkan
Sejak 2019, unit Alphabet telah mengerjakan inisiatif Privacy Sandbox yang bertujuan untuk meningkatkan privasi daring sekaligus mendukung bisnis digital, dengan sasaran utama penghapusan cookie pihak ketiga.