Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih 2024 Prabowo Subianto/Ist
Hubungan antara Presiden Presiden Joko Widodo dengan Presiden terpilih 2024 Prabowo Subianto, diprediksi akan semakin solid, tidak seperti yang diisukan ke publik mengenai potensi perpecahan dua tokoh ini.
Analisa Direktur Eksekutif Sentral Politika, Subiran Paridamos, pasca pelantikan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2024 pada Oktober nanti, Jokowi dan Prabowo masih punya hubungan yang erat.
"Menurut saya terlalu sinis pendapat yang berkembang di ruang publik, mengatakan Jokowi hanya memiliki kekuatan politik sampai pelantikan Prabowo-Gibran saja," ujar Subiran kepada
Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL, Senin (22/7).
Dia menjelaskan, isu tersebut besar kemungkinan muncul dari kalangan oposisi yang mencoba menciptakan narasi konflik antara Jokowi dan Prabowo.
Seolah jika Prabowo dilantik menjadi Presiden 20 Oktober 2024 nanti, maka otomatis pengaruh Presiden Jokowi hilang seketika.
"Kaum oposisi lupa bahwa Prabowo menjadi Presiden karena
endorsment dari Presiden Jokowi, Prabowo menjadi Presiden karena komitmen dan tagline keberlanjutan pemerintahan Presiden Jokowi," kata Subiran.
"Prabowo menjadi Presiden karena wakilnya adalah Gibran yang adalah asosiasi murni dari Jokowi, kader biologis sekaligus kader ideologis dari Jokowi. Prabowo menjadi presiden karena sokongan gerbong politik Jokowi," sambungnya.
Karena itu, lulusan S2 komunikasi politik Universitas Muhammadiyah Jakarta itu memastikan, pasca pelantikan Prabowo-Gibran 20 Oktober nanti Presiden Jokowi masih memiliki pengaruh dan kekuatan politik, meskipun sudah tidak sedominan ketika menjadi Presiden.
"Tetapi Prabowo-Gibran sama saja dengan Jokowi. Sehingga pihak-pihak yang mengatakan Prabowo akan mengkhianati Jokowi juga menurut saya hanyalah pendapat penuh sentimen kaum oposisi agar rezim Jokowi diakhiri sendiri oleh Prabowo," demikian Subiran.