Berita

Ilustrasi Foto/Net

Bisnis

BUMN yang Sehat dan Kuat Perlu Dikelola Orang Kompeten

MINGGU, 21 JULI 2024 | 05:50 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Penyertaan Modal Negara (PMN) ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus membuat perusahaan pelat merah itu naik kelas. 

Anggota Dewan Pakar DPP Gerindra, Bambang Haryo Soekartono menegaskan seharusnya BUMN tidak ada yang mengalami kerugian, 

“Karena ada sinergi BUMN dan upaya memprioritaskan perusahaan BUMN untuk pengerjaan proyek negara. Kalau memang ada BUMN yang rugi, artinya ada yang salah di pengelolaannya. Mungkin SDM yang diletakkan di kursi kepemimpinannya, bukan sosok yang kompeten di bidang tersebut,” kata BHS akrab disapa dalam keterangannya yang diterima redaksi, Sabtu (20/7).

Pasalnya, ada aliran PMN kepada BUMN dengan jumlah yang tidak kecil, namun perusahaan terus merugi.

“Sebagai contoh, Garuda, yang sangat dimanja oleh pemerintah. PMN yang tersalurkan ke Garuda itu bisa mencapai, Rp10 triliun lebih di era Presiden Jokowi. Kalau PMN itu diserahkan ke swasta, mungkin sudah berkembang besar perusahaan swastanya,” ucapnya.

Lanjut dia, banyak BUMN yang sudah disuntik PMN, tetapi tetap mati, produktivitasnya hampir mendekati nol. 

Dia mencontohkan  BUMN Pabrik gula, BUMN sandang, BUMN industri maritim atau galangan kapal.

BHS menyebut perusahaan BUMN itu sebenarnya dibutuhkan sebagai fungsi stabilisator mulai dari kecukupan produk dan jasa, mutu produk dan jasa, hingga harga. 

Hal itu agar masyarakat sebagai konsumen tidak dipersulit dari kelangkaan ataupun kartelisasi yang dilakukan swasta.

“Jadi BUMN-BUMN itu akan menjaga masyarakat dari produk yang buruk, ketidaktersediaan produk di pasar, dan harga produk yang tidak melebihi nilai sewajarnya. Jadi BUMN bukan sebagai penguasa di pasar, tapi hanya menjaga agar pasar itu terus bergerak, bertumbuh, dan tentunya memberikan kontribusi positif pada seluruh masyarakat,” jelasnya.

BHS menekankan agar BUMN bisa menjadi stabilisator, sehingga diperlukan kondisi perusahaan yang sehat dan kuat.

“Bagaimana BUMN itu sehat dan kuat, artinya Sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalamnya harusnya orang yang kompeten di bidangnya. Sehingga BUMN bisa ditangani secara profesional dan penuh dengan inovasi serta kebijakan yang tepat,” imbuhnya.

Dia juga menegaskan, bahwa PMN yang diterima BUMN adalah untuk pengembangan produktivitas dalam meningkatkan keuntungan serta manfaat kepada publik yang lebih besar. 

“PMN itu jangan dipakai buat bayar utang, tapi untuk pengembangan perusahaan. Kalaupun memang BUMN itu dibutuhkan oleh negara, kucuran dana itu disalurkan, tapi untuk pembenahan kerusakan yang berdampak pada produktivitas. Jangan tiap tahun dikasih PMN, tapi rugi terus. Ya harusnya dibenahi dulu manajemennya, baru dipertimbangkan untuk menerima PMN lagi,” ungkapnya.

Anggota DPR terpilih ini mengimbau agar BUMN yang produknya menjadi kebutuhan pokok masyarakat harus diprioritaskan mendapatkan PMN lebih dulu.

“Seperti industri sandang bukan malah ditutup, tapi karena sandang merupakan kebutuhan pokok dari masyarakat, harusnya itulah yang di-support PMN lebih dulu. Demikian juga BUMN pangan,” pungkas BHS.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya