Berita

Warga AS Antusias Menunggu Pidato Kemenangan Biden di Wilmington, Delaware, AS, 7 November 2020. Foto/REUTERS/Jim Bourg

Bisnis

Biden Segera Mundur, Wall Street Ambruk, IHSG Berani Terima Tantangan?

JUMAT, 19 JULI 2024 | 11:40 WIB | OLEH: ADE MULYANA

Masa susah di Bursa saham sepertinya segera dimulai. Sikap investor terlihat mulai beralih panik. Situasi ini terlihat terang dari sesi perdagangan di Wall Street edisi Kamis 18 Juli 2024. Dalam sesi perdagangan yang berakhir beberapa jam lalu itu, seluruh indeks Wall Street kompak rontok dalam rentang signifikan.

Sementara sentimen yang melatari relatif tak berubah dari sebelumnya. Pelaku pasar terlihat masih mencermati lebih jauh langkah pemerintahan Joe Biden dalam menghambat kemajuan teknologi China terkait produksi Chip. Sentimen minor datang dari Bank Sentral Eropa yang mempertahankan suku bunga sebagaimana diekspektasikan pelaku pasar.

Namun kegelisahan investor terlihat tak terhenti hingga melanjutkan tekanan jual massif. Pantauan menunjukkan, indeks DJIA yang menutup sesi dengan runtuh 1,29 persen di 40.665,02. Sementara Indeks S&P 400 terpangkas 0,78 persen di 5.534,59, dan indeks Nasdaq yang kembali merosot tajam 0,7 persen di 17.871,22.

Saham-saham unggulan yang menjadi motor kemerosotan pada sesi kali ini datang dari sektor keuangan dan teknologi, diantaranya Saham Goldman Sachs yang terbabat 3,18 persen, JP Morgan Chase rontok 3,18 persen, Boeing Co runtuh 2,49 persen, Amazon turun 2,22 persen, serta Apple Inc yang terpangkas 2,04 persen. Sentimen kurang menguntungkan Ini terlihat masih bertahan hingga sesi perdagangan after hours, di mana Indeks Wall Street terpantau hanya bergerak naik tipis, yang sekaligus menandakan kukuhnya kekhawatiran pelaku pasar.

Sejumlah laporan yang beredar menyebutkan investor yang mulai menatap kesuraman dengan sejumlah perkembangan terkini. Laporan yang beredar menyatakan, capres petahana Joe Biden dari partai demokrat yang semakin terdesak untuk mundur dari kontestasi menyusul performa debatnya yang dinilai mengkhawatirkan. Lebih jauh disebutkan, hampir seluruh donatur besar partai demokrat yang mengancam menghentikan sumbangannya bila Biden tak mundur.

Situasi Partai Demokrat yang sedang panas ini, berkebalikan dengan semakin melonjaknya dukungan pada Trump yang merupakan capres Partai Republik. Peluang besar kemenangan Trump menjadi perhatian investor menyangkut kebijakan ekonomi-politik negeri paman sam itu. Pesimisme terutama dilatari peluang besar kemenangan Trump terkait dengan kebijakan ekonomi-politik internasional, yang diyakini akan penuh dengan kejutan atau ketidakpastian.

Longsornya Indeks Wall Street, tentu saja akan menjadi bekal buruk bagi sesi perdagangan di Asia dalam menutup pekan ini. Setelah pada sesi perdagangan kemarin mengalami tekanan jual, Indeks di Bursa Utama Asia diperkirakan kasih sulit untuk melakukan rebound secara signifikan.

Pantauan terkini menunjukkan, Indeks Nikkei (Jepang) yang mengawali sesi pagi Ini dengan mencoba bertahan positif dengan naik sangat tipis 0,05 persen di 40.147,29, Sedangkan indeks KOSPI (Korea Selatan) terjungkal 0,91 persen di 2.798,56 dan indeks ASX 200 (Australia) yang merosot 1,12 persen di 7.946,7.

IHSG Berani Terima Tantangan?

Beralih pada Bursa Saham Indonesia, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sangat mengejutkan pada sesi perdagangan kemarin dengan melonjak tajam di tengah merahnya Bursa global. Kini dengan sentimen terkini yang kasih bertahan suram pelaku pasar di Jakarta mendapat tantangan untuk bertahan dari gempuran pesimisme di pasar global.

Gerak IHSG masih mungkin untuk bertahan positif dalam rentang moderat. Namun peluang besar untuk terdera aksi koreksi teknikal terlihat sulit dihindarkan. Sesi perdagangan akhir pekan ini, Jumat 19 Juli 2024, sangat mungkin menjadi sesi Jumat Keramat. Terlebih dengan tiadanya sentimen domestik yang tersedia.

Situasi serupa terlihat di pasar uang, di mana seluruh mata uang utama Dunia yang kompak tergelincir menjelang penutupan pekan ini. Pelaku pasar terlihat mulai mendiskon mata uang utama sebagai langkah antisipasi ketidakpastian yang mungkin terjadi. Nilai tukar Euro, Pound, Dolar Australia, serta Dolar Kanada terlihat masih bergulat di zona merah dalam rentang yang bervariasi.

Rupiah, dengan demikian masih sulit untuk berharap banyak. Namun rentang gerak terbatas, sangat besar peluangnya terjadi pada nilai tukar Rupiah.

Populer

Walikota Semarang dan 3 Lainnya Dikabarkan Berstatus Tersangka

Rabu, 17 Juli 2024 | 13:43

KPK Juga Tetapkan Suami Walikota Semarang dan Ketua Gapensi Tersangka

Rabu, 17 Juli 2024 | 16:57

Walikota Semarang dan Suami Terlibat 3 Kasus Korupsi

Rabu, 17 Juli 2024 | 17:47

Pimpinan DPRD hingga Ketua Gerindra Sampang Masuk Daftar 21 Tersangka Korupsi Dana Hibah Jatim

Selasa, 16 Juli 2024 | 19:56

Kantor Rahim di Depok Ternyata Rumah Tinggal, Begini Kondisinya

Rabu, 17 Juli 2024 | 11:05

Pengusaha Tambang Haji Romo Diancam Dijemput Paksa KPK

Minggu, 14 Juli 2024 | 17:02

KPK Perlu Selidiki Program KKP Ekspor BBL Berkedok Budidaya

Selasa, 09 Juli 2024 | 18:28

UPDATE

China Potensi Monopoli Pasar Ekonomi Digital Indonesia

Jumat, 19 Juli 2024 | 10:07

Langgar Konstitusi, Anthony Budiawan: UU IKN Wajib Batal

Jumat, 19 Juli 2024 | 10:04

Subsidi BBM Harusnya Dinikmati DTKS Bukan Orang Kaya

Jumat, 19 Juli 2024 | 09:44

Skandal Beras Impor Bapanas-Bulog Potensi Bebani Devisa Negara

Jumat, 19 Juli 2024 | 09:34

Negara Pelaku Genosida Israel Tak Layak Ikut Olimpiade Paris

Jumat, 19 Juli 2024 | 09:34

Memecat Guru dengan Istilah Cleansing Melanggar HAM

Jumat, 19 Juli 2024 | 09:31

Indonesia Kecam Upaya Israel Halangi Kemerdekaan Palestina

Jumat, 19 Juli 2024 | 09:25

Kader Golkar Serukan Dalang Pembakaran Rumah Wartawan Diungkap

Jumat, 19 Juli 2024 | 09:14

Komisi X Minta Semua Pihak Duduk Bersama soal Nasib Guru Honorer

Jumat, 19 Juli 2024 | 09:14

Komisi X: Istilah Cleansing untuk Guru Honorer tidak Humanis

Jumat, 19 Juli 2024 | 09:05

Selengkapnya