Berita

Gedung Mahkamah Konstitusi/Ist

Hukum

MK Sidangkan Gugatan soal Aturan Pencalonan di Pilkada

KAMIS, 11 JULI 2024 | 16:23 WIB | LAPORAN: AHMAD ALFIAN

Mahkamah Konstitusi (MK) menggelar sidang perdana uji materiil UU Nomor 10/2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (UU Pilkada), di Ruang Sidang MK, Kamis (11/7).

Perkara No 60/PUU-XXII/2024 itu diajukan Partai Buruh dan Partai Gelora.

Dalam sidang yang dipimpin Hakim Konstitusi Enny Nurbaningsih, para pemohon yang diwakili Imam Nasef selaku kuasa hukum, menyampaikan, pemohon merupakan partai politik yang telah mengikuti Pemilu 2024.

Sehingga harus dilindungi hak-haknya, khususnya hak politik berupa hak memilih dan dipilih sebagai pejabat pemerintahan.

“Pasal 40 ayat (3) UU 10/2016 telah memuat norma yang memperlakukan berbeda terhadap partai politik yang memiliki kursi di DPRD, dengan partai politik yang hanya mendapatkan perolehan suara tanpa memiliki kursi di DPRD dalam hal hak dan kesempatan mengajukan/mendaftarkan calon kepala daerah/wakil kepala daerah,” kata Imam.

Norma itu diuji karena dianggap tidak mencerminkan prinsip keadilan Pemilu (electoral justice) dan persamaan kesempatan (equality of opportunity).

Sebab, Pasal 40 ayat (3) menentukan pencalonan di Pilkada hanya bisa dilakukan oleh Parpol/gabungan Parpol yang mempunyai kursi DPRD saja.

Sedangkan Parpol yang memperoleh suara di Pemilu 2024 tetapi tidak memperoleh kursi DPRD, tidak diberi hak ikut mengusulkan Paslon.

"Norma Pasal 40 ayat (3) UU 10/2016 itu justru membuang banyak suara rakyat yang telah memilih partai politik tertentu, meskipun tidak mendapat kursi/lolos sebagai anggota DPRD,” katanya.

Karena itu, para pemohon meminta agar MK menyatakan Pasal 40 ayat (3) UU Pilkada itu bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Para pemohon juga mengajukan permohonan provisi agar perkara ini mendapat prioritas pemeriksaan dan diputus sebelum pendaftaran pasangan calon kepala daerah yang dijadwalkan pada 27–29 Agustus 2024, untuk memastikan hak-hak konstitusional mereka tidak terabaikan.

Menanggapi permohonan itu, Hakim Konstitusi M Guntur Hamzah mengatakan, format permohonan para Pemohon telah lengkap, tetapi masih terdapat catatan yang harus diperbaiki.

Menurutnya, dalam petitum para pemohon hanya satu yang diinginkan. Sehingga ia menyarankan agar para pemohon untuk membuat alternatif petitum.

"Apakah anda tidak berpikir ada alternatif? Kalau misalnya tidak dinyatakan inkonstitusional secara keseluruhan ayat (3) itu karena kan hanya ingin menghilangkan saja. Apakah misalnya itu tetap dengan memberikan pemaknaan?" saran Guntur.

"Sehingga, tujuan saudara untuk Parpol Gelora dan Partai Buruh mengajukan calon bisa diakomodir, kendati tidak mengubah secara keseluruhan normanya. Itu juga satu pemikiran, tetapi kalau anda memasukkan seperti itu tolong kasih argumentasi di posita yang dapat tiktok dengan petitumnya,” sambungnya.

Sebelum menutup persidangan, Enny mengatakan, para pemohon diberi waktu 14 hari untuk memperbaiki permohonannya. Berkas perbaikan paling lambat diterima oleh Kepaniteraan MK pada Rabu, 24 Juli 2024 pukul 13.00 WIB.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya