Berita

Heineken/Net

Bisnis

Kurang Laku, Heineken Tutup Salah Satu Pabrik di Vietnam

SELASA, 25 JUNI 2024 | 11:04 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Salah satu pabrik pembuat minuman terbesar kedua di dunia, Heineken, memutuskan untuk menutup pabriknya di Vietnam mulai bulan ini.

Perusahaan mengatakan keputusan penghentian operasi di fasilitas yang terletak di provinsi Quang Nam itu diambil seiring dengan menurunnya permintaan yang dan perubahan pola konsumsi di negara Asia Tenggara tersebut.

“Perekonomian secara keseluruhan termasuk industri bir telah menghadapi banyak tantangan akibat perlambatan ekonomi yang menyebabkan turunnya kepercayaan konsumen dan pola konsumsi,” kata Heineken, seperti dikutip dari Nikkei Asia, Selasa (25/5).


"Undang-undang minum dan mengemudi yang lebih ketat di Vietnam, yang telah membatasi batas kadar alkohol bagi pengemudi hingga nol sejak tahun 2019, juga telah merugikan konsumsi bir," tambahnya.

Akibatnya, kata Heineken, untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, pasar bir di Vietnam mengalami penurunan dua digit pada tahun 2023 dan terus mengalami penurunan hingga pertengahan satu digit pada tahun ini.

“Kami mengupayakan efisiensi dan skala ekonomi untuk merampingkan operasi kami, sehingga memungkinkan kami terus berinvestasi dan membuka peluang pertumbuhan di pasar Vietnam,” katanya, seraya menyebutkan bahwa beberapa karyawan yang terkena dampak akan dipindahkan ke pabrik bir Heineken lainnya di Vietnam.

Heineken telah beroperasi di Vietnam melalui Heineken Vietnam, perusahaan patungan dengan perusahaan lokal, Saigon Trading Group, sejak tahun 1991.

Pabrik di provinsi Quang Nam berdiri sejak 2007. Pabrik tersebut merupakan pabrik terkecil dari enam pabrik Heineken di Vietnam.

Manajemen Heineken mengatakan telah menginvestasikan lebih dari 1 miliar euro (1,07 miliar dolar AS) di Vietnam dan pabrik birnya secara langsung mempekerjakan lebih dari 3.000 karyawan.

Kementerian Keuangan Vietnam mengatakan awal bulan ini bahwa mereka berencana menaikkan pajak konsumsi khusus minuman beralkohol menjadi 100 persen pada tahun 2030, sebuah langkah yang mungkin akan semakin merugikan industri minuman beralkohol.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya