Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi diharapkan tidak berdampak pada perekonomian global, khususnya pada kenaikan harga minyak dunia.
Begitu yang disampaikan Presiden Joko Widodo saat menyampaikan duka terdalam atas meninggalnya Raisi dan rombongan dalam kecelakaan pesawat.
"Pertama-tama, pemerintah dan masyarakat Indonesia menyatakan duka yang mendalam atas wafat, meninggalnya, Presiden Raisi di kecelakaan helikopter yang ditumpangi oleh beliau," kata Jokowi usai mengunjungi korban banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (21/5).
"Kita harapkan tidak berdampak pada ekonomi global, utamanya yang berkaitan dengan dengan harga minyak. Kalau berdampak dengan harga minyak, nanti akan berdampak ke mana-mana, ke kenaikan harga lain," sambungnya.
Adapun pada Senin (20/5) kemarin, harga minyak dunia sempat naik tipis setelah kabar presiden Iran kecelakaan helikopter tersiar di media sosial.
Namun, saat ini harga minyak dunia telah kembali turun, dengan minyak mentah berjangka Brent terpantau minus 0,68 persen menjadi 83,14 Dolar AS (Rp1,33 juta) per barel.
Sementara minyak mentah
West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,73 persen menjadi 79,22 dolar AS (Rp1,26 juta) per barel akibat ketidakpastian bank sentral AS yang tidak kunjung menurunkan suku bunganya.
Di sisi lain, menurut analisis dari Fujitomi, Tazawa memprediksi bahwa kematian presiden Iran tidak akan terlalu mempengaruhi harga minyak, meski negara itu menjadi salah satu pemasok minyak terbesar di dunia.
“Kematian Presiden Iran tampaknya tidak terlalu mempengaruhi pasar, karena tidak jelas apakah hal tersebut akan berdampak langsung pada kebijakan energi,” kata Tazawa, dikutip dari
Reuters.