Berita

Para pemateri seminar moderasi beragama di ITB-AD Jakarta/Ist

Politik

ITB Ahmad Dahlan Gaungkan Moderasi Beragama

SENIN, 20 MEI 2024 | 13:38 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta sukses menggelar Seminar Moderasi Beragama dengan tema “Peran Muhammadiyah di Tengah Gempuran Ideologi Intoleransi”, dihadiri sejumlah tokoh Muhammadiyah dan mahasiswa, Senin (20/5).

Melalui seminar itu ITB-AD Jakarta menegaskan komitmennya terkait moderasi beragama di tengah era disrupsi dewasa ini.  

Rektor ITB Ahmad Dahlan, Dr Yayat Sujatna, menyatakan, membandingkan Muhammadiyah dengan Salafi-Wahabi adalah tindakan yang tidak tepat atau "tidak apple to apple". Menurutnya, Muhammadiyah merupakan organisasi yang memiliki struktur, visi, dan misi yang berbeda jauh.


Menurutnya, ada perbedaan mendasar antara Muhammadiyah dan Salafi-Wahabi, terutama dari sisi organisasi dan jumlah lembaga yang dimiliki. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah memiliki jaringan lembaga sangat luas, lebih dari 174 perguruan tinggi, 457 rumah sakit, 12.000 lebih masjid, dan 28.000 lembaga pendidikan.

“Itu menunjukkan betapa besar dan terorganisirnya Muhammadiyah dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga kesehatan,” tegasnya.

Sebaliknya, lanjut Yayat, kelompok Salafi-Wahabi lebih dikenal sebagai sekumpulan orang yang mengadakan pengajian-pengajian tanpa struktur organisasi yang jelas, dan jumlah lembaga yang mendukung kegiatan mereka sangat terbatas.

Karena itu ia menekankan pentingnya kader Muhammadiyah aktif berperan dalam setiap lembaga yang dimiliki persyarikatan.

“Melihat fenomena banyaknya lembaga yang dimiliki, sangat penting bagi kader Muhammadiyah untuk aktif berperan dalam setiap lembaga itu, agar tidak dikuasai kelompok eksternal seperti Salafi-Wahabi," tandasnya.

Sementara Dr KH Endang Mintarja menjelaskan alasan mengapa kelompok Salafi-Wahabi berhasil masuk dan menguasai beberapa masjid, pesantren, dan kampus Muhammadiyah. Hal itu disebabkan kemiripan jargon yang digunakan Salafi-Wahabi dengan Muhammadiyah, yaitu "Kembali kepada Alquran dan Sunnah".

“Jargon yang digunakan Salafi-Wahabi ini mirip Muhammadiyah, sehingga masyarakat dan mahasiswa bisa terkecoh," kata Kiai Endang.

Menurutnya, untuk masuk di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), kelompok Salafi-Wahabi mengadaptasi jargon "ahlussunnah wal jamaah". Namun kelompok Salafi-Wahabi tidak merujuk kepada ulama-ulama salaf yang muktabar, melainkan kepada pendiri aliran Wahabi, yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab, dan mereka cenderung mempelajari agama secara tekstual.

“Tidak mungkin umat Islam bisa memahami agama tanpa berguru kepada ulama terdahulu. Namun kelompok Salafi-Wahabi ini merasa paling salafi sendiri," tegasnya.

Sedang Direktur Eksekutif Maarif Institute, Andar Nubowo, menjelaskan, Muhammadiyah memiliki pandangan terhadap Islam wasathiyah yang menekankan pada konsep toleransi dan moderasi.

Andar juga menguraikan pentingnya penerapan ideologi Pancasila sebagai landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Islam wasathiyah yang dianut Muhammadiyah adalah yang berkemajuan dan mengajarkan kesederhanaan, keadilan, toleransi, serta menekankan pentingnya menjaga harmoni antar umat beragama," kata dia.

Andar juga menyoroti tantangan yang dihadapi generasi muda di kampus-kampus, di mana berbagai ideologi radikal sering kali mencoba menyusup dan mempengaruhi mahasiswa.

“Banyak paham radikal yang masuk ke kampus melalui ceramah, seminar, atau kegiatan sosial lainnya. Ini mencakup ideologi ekstrem dalam politik, agama, atau pandangan sosial," tandasnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya