Berita

Ilustrasi Foto/RMOL

Publika

Putusan MK Ciptakan Krisis Kepercayaan

Oleh: Suroto*
SELASA, 23 APRIL 2024 | 05:11 WIB

BARU saja Mahkamah Konstitusi (MK) memberikan putusan tentang perkara sengketa Pemilihan Presiden (Pilpres) yang pada akhirnya dalam amar putusannya menolak sepenuhnya gugatan pemohon.

Padahal secara kasat mata berbagai bentuk intervensi politik kekuasaan telah terjadi untuk meloloskan dan memenangkan Calon Presiden dan Wakil Presiden tertentu.  Bahkan MK sendiri dalam putusan perkara persyaratan Pilpres sebelum Pemilu juga telah menetapkan pelanggaran etik berat dengan meloloskan Cawapres Gibran Rakabuming Raka.

Ini artinya sedang terjadi krisis kelembagaan serius. Institusi MK yang menjadi benteng terakhir dari Konstitusi ternyata tak dapat menjaga marwahnya. Pertimbangan hakim Konstitusi yang mengabaikan suara nurani, kebenaran konstitusional ini akan akibatkan krisis kepercayaan masyarakat.

Apa yang terjadi adalah hanya gejala simtomatik-permukaan. Sesungguhnya krisis besarnya itu sudah lama terjadi dan bermula dari krisis ideologi. Krisis kepemimpinan, krisis kelembagaan dan pada akhirnya krisis kepercayaan yang terjadi itu memang bukan datang begitu saja, namun diawali krisis ideologi.  

Partai-partai sebetulnya sudah lama meninggalkan fungsi utamanya sebagai bentuk pembelajaran warga mengambil tanggung jawab kenegaraan dan kebangsaan. Partai sudah berubah jadi tujuan. Dikelola secara korporatif mementingkan kepentingan individu dan keluarga ketimbang jadi tempat pembelajaran demokrasi. Lalu negara dijadikan alat untuk mengejar kepentingan tersebut.

Merebaknya nepotisme, kolusi dan korupsi dalam skala masif dari pucuk pucuk pimpinan lembaga politik dan negara ini menjadi penanda serius bahwa gejala sistem premanisme akan lahir. Lalu, model kongkalikong elite politik dan elite kaya yang terjadi akan mendorong timbulnya pengkhianatan kepentingan yang masif terhadap upaya menciptakan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat banyak.

Secara keseluruhan kita tidak hanya telah gagal membangun demokrasi, tapi kita gagal berdemokrasi. Ini akan membahayakan bagi kepentingan masa depan bangsa dan negara karena bisa menimbulkan kondisi chaos. Kemudian, bisa mendorong munculnya tirani minoritas otoritarian yang dibentuk dari elite politik dan elite kaya.

*Penulis adalah Ketua AKSES (Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis)

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

UPDATE

Prabowo Akui Kapan Pun Siap Berkomunikasi dengan Megawati

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:57

Gandeng Polisi Thailand, Bareskrim Terus Cari Keberadaan Fredy Pratama

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:50

DPRK Banda Aceh Usulkan Rancangan Qanun Kemudahan Penanaman Modal

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:41

Pertamina Berikan Langkah Nyata Kelola Keberlangsungan Air

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:26

Sempat Disembunyikan, KPK Berhasil Temukan Mobil Pajero Sport Dakar Milik SYL

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:23

Seoharto Diusulkan Pahlawan, Sejarawan Khawatir Masyarakat Lupa Akan Cita-cita Reformasi

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:16

Sejarawan Sebut Jokowi Hapus Cita-cita Reformasi yang Dibangun Sejak 1998

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:07

Makin Sibuk, Prabowo Semakin Teliti Memanajemen Waktu

Rabu, 22 Mei 2024 | 20:57

JK: Rekonsiliasi Tak Harus Gabung Prabowo-Gibran

Rabu, 22 Mei 2024 | 20:51

Aripay Tambunan: Pemilu jadi Brutal Karena Mengedepankan Uang

Rabu, 22 Mei 2024 | 20:41

Selengkapnya