Presiden China, Xi Jinping/Net
Kegagalan serangan Iran di Israel akan menjadi bahan pertimbangan bagi China agar lebih siap ketika menginvasi Taiwan dan menghadapi sekutu Barat.
Begitu yang disampaikan Presiden Dewan Bisnis Amerika Serikat-Taiwan, Rupert Hammond-Chambers dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Business Insider pada Senin (22/4).
Menurut Chambers, China akan mempelajari cara Iran menembus pertahanan udara yang telah diperkuat oleh teknologi dan dukungan dari aliansi Barat.
“Mereka akan memilah-milah apa yang terjadi, tidak hanya dalam cara Iran menyerang tapi juga bagaimana kami merespons, seperti saat Israel didukung oleh koalisi mereka," ungkapnya.
Dikatakan Chambers, China memiliki kekuatan militer yang sempurna, tetapi serangan udara mereka ke Taiwan akan gagal setelah ditangkis pasukan Barat.
"Apa yang dikhawatirkan adalah Amerika dan sekutu mereka memiliki teknologi untuk secara signifikan menumpulkan serangan China," ujar Chambers.
Sama seperti Israel, Taiwan juga berharap dapat mengandalkan dukungan AS jika terjadi serangan dari China.
Kendati demikian, Chambers tidak yakin bahwa dukungan terhadap Taiwan akan sama seperti di Timur Tengah.
"Orang-orang Yordania, Inggris, Amerika Serikat, dan Israel semuanya bekerja sama untuk meniadakan serangan Iran. Sejauh mana kita bisa menerapkan hal itu di Asia Utara?," kata dia.
China berambisi menyatukan Taiwan dalam teritorinya. Ketegangan meningkat sejak kunjungan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi di Taipei Agustus 2022 lalu.
Kemudian pada April 2023, China meluncurkan latihan militer di sekitar Taiwan untuk merespon kunjungan PresidenTsai Ing-wen ke AS.
Ketegangan militer terus meningkat setelah Partai Progresif Demokratik memenangkan masa jabatan ketiga berturut-turut dalam pemilihan presiden Taiwan 2024.