Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Pelaku Usaha Infrastruktur Perlu Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

RABU, 17 APRIL 2024 | 14:07 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pelaku usaha maupun investor di bidang infrastruktur perlu mengambil sejumlah langkah saat melaksanakan proyek infrastruktur secara rasional.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyarankan langkah tersebut harus mengutamakan keselamatan dan keamanan.

Dia juga mengatakan bahwa pelaku usaha dan investor perlu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan dampak dari konflik Israel-Iran dengan melakukan hedging. Jadi ketika pelaku usaha atau investor melaksanakan proyek infrastruktur sudah dilindungi dari risiko-risiko seperti fluktuasi nilai tukar Rupiah.


"Dengan melakukan hedging, walaupun nanti dari harga impornya mengalami kenaikan akibat nilai tukar mata uang, maka pelaku usaha sudah ada jaminan kontrak di awal bahwa harga mereka yang terima tidak terpengaruh oleh risiko kenaikan nilai tukar mata uang," kata Eko dalam keterangan yang dikutip Rabu (17/4).

Ia  menilai bahwa dampak konflik Iran-Israel terhadap infrastruktur risiko utamanya pada overhead, karena ketika konflik ini terjadi dampak langsungnya itu adalah sektor keuangan bergejolak, terutama nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS.

"Kalau nilai tukar rupiah semakin melemah terhadap dolar AS tentu ketika para pemilik proyek saat melakukan pembangunan infrastruktur menggunakan asumsi kurs Rupiah terhadap dolar AS Rp15.000 - Rp15.500 terhadap 1 dolar AS. Kalau sudah naik Rp1.000 di atas asumsi maka ini dapat mempengaruhi terhadap overhead-nya seperti biaya untuk penyediaan material, alat, dan teknologi konstruksi seperti semen, baja hingga teknologi bangunan cerdas," ujarnya.

Hal lainnya, menurut Rko, adalah biaya energi atau BBM. Jadi keseluruhan fenomena ini mempengaruhi di mana Iran merupakan salah satu pemasok minyak utama di level global.

"Kalau konflik Iran-Israel ini berkelanjutan maka kemungkinan harga minyak dunia bisa saja menembus 100 dolar AS per barrel, dan hal ini dapat mengganggu stabilitas terhadap proyek-proyek infrastruktur," kata Eko.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya