Berita

Ngasiman Djoyonegoro/RMOL

Politik

Saatnya TNI-Polri Merespons Serius Situasi di Papua

MINGGU, 14 APRIL 2024 | 20:33 WIB | LAPORAN: ACHMAD RIZAL

Pembunuhan terhadap aparat kembali dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kali ini Danramil Oktavianus menjadi korban pembantaian keji pada 12 April lalu. Dia ditemukan tewas dengan luka berat.

Pengamat Intelijen, Pertahanan, dan Keamanan, Ngasiman Djoyonegoro, melihat situasi di Papua kian genting. “Ini bukan lagi isu HAM,” kata pria yang akrab dipanggil Simon itu, lewat keterangan tertulis, Minggu (14/4).

Menurutnya, situasi di Papua telah masuk kondisi perang melawan separatis.

“Sebagai aktor non state, mereka menggunakan senjata perang taktik, strategi, intelijen, bahkan infrastruktur perang. Bagaimana seorang Danramil bisa diketahui identitasnya? Bagaimana prosedur perjalanannya? Itu semua jadi pertanyaan-pertanyaan kunci untuk dapat melihat peristiwa ini secara utuh,” katanya.

Artinya, sebagai sebuah operasi, OPM telah menyusun strategi menyerang langsung, tertarget dan spesifik, yakni institusi pertahanan negara. Bahkan mereka memetakan secara detail pergerakan, sehingga eksekusi pembunuhan dapat dilakukan.

Simon juga berpendapat, kelompok separatisme ini sudah ditunggangi agenda asing.

"Siapa 'asing' itu? Mereka yang meneriakkan situasi di Papua sebagai pelanggaran HAM. Padahal jelas, mereka bersenjata, bertaktik, berstrategi, agenda dan tujuan jelas, dan sasaran kelompok tertentu yang merepresentasikan institusi pertahanan dan keamanan negara,” urainya.

Pemerintah, TNI, Polri, intelijen, termasuk pemerintah daerah, seharusnya bisa lebih responsif menghadapi situasi ini. “Sinergitas TNI-Polri sudah bersifat tuntutan wajib dilembagakan di Papua. Karena OPM sudah menyatakan perang terbuka,” tandas Simon.

Dia juga menjelaskan, salah satu respon penting yang harus segera dilakukan antara lain dengan cara menetapkan prosedur operasi sebagaimana dalam situasi perang. “Kalau tidak, NKRI akan terus dirugikan dan dirongrong kedaulatannya,” katanya.

Respon lain adalah melembagakan sinergitas TNI-Polri, dengan cara menetapkan peran-peran beririsan antara kedua institusi. Di sisi lain, memperkuat dan mempersiapkan Tupoksi masing-masing lembaga.

“Kita perlu memperkuat Tupoksi TNI dalam melaksanakan operasi teritorial dan operasi pengamanan perbatasan dengan SOP yang lebih responsif, sesuai standar penerapan pada kondisi perang,” kata Simon.

Sementara operasi pengamanan terhadap sipil dilakukan oleh kepolisian.

“Ini penguatannya juga harus ditingkatkan,” kata Simon. Intelijen negara sebagai pendeteksi dini ancaman, sambung dia, tentu melekat pada setiap operasi yang informasinya dipergunakan secara taktis dan menyeluruh.

“Hal lain yang mendesak adalah peningkatan kualitas SDM, infrastruktur dan strategi operasi lapangan oleh TNI. Kita tahu kondisi geografis Papua memiliki spesifikasi tersendiri. Untuk meningkatkan efektifitas perlu disiapkan SDM, infrastruktur, sarana dan prasarana serta kelembagaan secara lebih rinci dan terstruktur. Ini butuh sinergi TNI-Polri dan intelijen di lapangan,” tutup Simon.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Buntut Pungli ke WN China, Menteri Imipas Copot Pejabat Imigrasi di Bandara Soetta

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:25

Aero India 2025 Siap Digelar, Ajang Unjuk Prestasi Dirgantara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:17

Heboh Rupiah Rp8.100 per Dolar AS, BI Buka Suara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:13

Asas Dominus Litis, Hati-hati Bisa Disalahgunakan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:35

Harga CPO Menguat Nyaris 2 Persen Selama Sepekan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:18

Pramono: Saya Penganut Monogami Tulen

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:10

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Vihara Amurva Bhumi Menang Kasasi, Menhut: Kado Terbaik Imlek dari Negara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:45

Komisi VI Sepakati RUU BUMN Dibawa ke Paripurna

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:11

Eddy Soeparno Gandeng FPCI Dukung Diplomasi Iklim Presiden Prabowo

Sabtu, 01 Februari 2025 | 16:40

Selengkapnya