Berita

Ilustrasi Foto/Net

Publika

Gerhana AS Momentum Terang Indonesia?

KAMIS, 11 APRIL 2024 | 21:51 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

DUA negara dengan perekonomian terbesar di dunia saat ini tengah berhadapan dengan pelemahan ekonomi yang diperkirakan akan berlangsung cukup lama. Amerika Serikat dikabarkan hanya akan tumbuh 2,1 persen pada tahun 2024 dan 1,9 persen pada tahun 2025. Sementara Tiongkok akan tumbuh 4,8 persen pada 2024 dan 4,2 persen pada tahun 2025.

Sementara Jepang salah satu yang ekonomi terbesar setelah China di Asia akan semakin merosot dari pertumbuhan 1,9 persen tahun 2023 menjadi 1,5 persen pada tahun 2024 dan terus merosot ke 1,1 persen di tahun 2025. Perekonomian jepang tampaknya mengikuti alur krisis yang melanda Amerika Serikat saat ini sebagai dua ekonomi pasifik yang terikat sangat kuat.

Dunia sangatlah mengkuatirkan krisis yang melanda Amerika Serikat (AS). Peningkatan defisit anggaran pemerintah AS juga menimbulkan kekhawatiran Tiongkok sebagaimana diberitakan China Daily, The soaring deficit is making Chinese and other foreign buyers of US debt nervous, which could make them reluctant lenders down the road. It could also force the Treasury Department to pay higher interest rates to make US debt attractive longer-term.

"These are mind-boggling numbers," said Sung Won Sohn, an economist at the Smith School of Business at California State University. "Our foreign investors from China and elsewhere are starting to have concerns about not only the value of the dollar but how safe their investments will be in the long run."

Defisit anggaran AS Memang makin mengkuatirkan yang menandai memburuknya ekonomi negara tersebut. Sebagaimana dikatakan that the deficit in June totaled $94.3 billion, pushing the total since the budget year started in October to $1.09 trillion. The administration forecasts that the deficit for the entire year will hit $1.84 trillion in October.

Sementara satu satunya jalan yang dapat ditempuh oleh AS agar bisa soft landing adalah meningkatkan belanja pemerintah. Artinya defisit anggaran dinaikkan untuk menjawab krisis anggaran yang makin parah. Ini sekaligus menjawab tantangan unemployment yang mencapai 9,5 persen termasuk terburuk sejak great depression. Sebuah anomali yang besar.

Adapun kondisi keruntuhan sektor sektor penting dalam ekonomi AS digambarkan dari data bahwa Congress already approved a $700 billion financial bailout for banks, automakers and other sectors, and a $787 billion economic stimulus package to try to jump-start a recovery. Outlays through the first nine months of this  budget year total $2.67 trillion, up 20.5 percent from the same period a year ago.

Sementara total utang AS sebagaimana diberitakan, the US debt now stands at $11.5 trillion. Interest payments on the debt cost $452 billion last year -- the largest federal spending category after Medicare- Medicaid, Social Security and defense. The overall debt is now slightly more than 80 percent of the annual output of the entire US economy, as measured by the gross domestic product. During World War II, it briefly rose to 120 percent of GDP.

Masalah terbesar adalah saat AS tidak menjawab krisis dengan berhutang ke The Fed dan bank swasta terbesar di dunia tersebut tidak mencetak uang untuk diberikan sebagai utang kepada pemerintah AS. Sekarang AS menaikkan suku bunga untuk menarik uang dari seluruh penjuru dunia ke dalam ekonomi AS. Inilah yang akan secara signifikan membuat kering kantong pemerintah negara negara yang menjadi sekutu terkuat AS dalam ekonomi termasuk juga China, Jepang dan Inggris.

Bagaimana Indonesia


Krisis dunia ditandai dengan berbagai peristiwa penting diantaranya adalah kebijakan pengetatan moneter AS sebagai yang paling ketat selama 4 dekade terakhir, pelemahan ekonomi China, pertumbuhan ekonomi Inggris di bawah 1 persen sementara inflasi negara tersebut di atas 7 persen.

Pada saat yang sama dua peristiwa besar mengancam keselamatan penduduk dunia yakni perang Rusia-Ukraina dan perubahan iklim yang ditandai dengan berbagai bencana besar melanda dunia. Menyangkut perubahan iklim ini akan menjadi agenda utama yang menuntut jawaban segera secara global dan masing masing negara. Mengapa? Karena penyelesaian krisis keuangan dunia saat ini tidak boleh dijawab dengan uang kotor atau uang yang dihasilkan oleh industri kotor atau uang yang pengadaanya didasarkan pada aktivitas yang membawa kerusakan bagi lingkungan hidup.

Maka atas dasar itu dunia ke depan akan menatap ke Indonesia sebagai climate change super power atau sebagai sandaran utama bagi sumber keuangan baru dalam menjawab krisis keuangan global. Sebagaimana pemerintah Inggris sendiri beberapa waktu lalu telah memberikan gelar kepada Indonesia sebagai super powernya green energy atau super powernya transisi energi yang tidak ada tandingannya di dunia.

Sebagaimana dinyatakan oleh Cawapres terpilih Gibran Rakabuming Raka bahwa Indonesia adalah gudangnya green, baik itu sumber-sumber green energi maupun sebagai gudang oksigen global. Setiap satu batang pohon di Indonesia akan menjadi dasar bagi transaksi keuangan global saat ini dan masa yang akan datang.

Indonesia tentu akan memberi jawaban yang paling baik atas krisis global saat ini baik jawaban terhadap perang yang sedang dipropagandakan oleh global kapitalis lama, maupun jawaban atas krisis iklim yang diakibatkan oleh ulah oligarki negara negara Industri yang belum mau memusnahkan aset aset kotor mereka. Negosiasi Indonesia ke depan untuk yang didasari oleh semangat Non Blok yakni perdamaian abadi, keadilan sosial akan menjadi jawaban atas perang dan bahaya besar krisis iklim. Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Batin.


Penulis adalah Direktur Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI), pengamat ekonomi-politik

Populer

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

Usia Pensiun TNI Bakal Diperpanjang, Ketum PEPABRI: Kalau 58 Tahun Kan Masih Lucu-Lucunya

Senin, 10 Maret 2025 | 19:58

KPK Kembali Panggil Pramugari Tamara Anggraeny

Kamis, 13 Maret 2025 | 13:52

Ekonom: Hary Tanoe Keliru Bedakan NCD dan ZCB

Kamis, 13 Maret 2025 | 19:53

UPDATE

Loyalis Jokowi, Jeffrie Geovanie Sangat Tidak Layak Gantikan Menteri BUMN Erick Thohir

Sabtu, 15 Maret 2025 | 11:22

Rapor IHSG Sepekan Lesu, Kapitaliasi Pasar Anjlok Rp215 Triliun

Sabtu, 15 Maret 2025 | 11:07

DJP: Pajak Ekonomi Digital Capai Rp33,56 Triliun hingga Akhir Februari 2025

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:47

Kualitas Hilirisasi Ciptakan Lapangan Kerja Lebih Luas

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:44

Pengacara Klaim Duterte Diculik karena Dendam Politik

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:19

Harga Emas Antam Lebih Murah Hari Ini Usai Cetak Rekor Tertinggi

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:08

Menko Airlangga Ajak Pengusaha Gotong Royong

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:48

Fraksi PAN Salurkan 3.000 Paket Sembako untuk Rakyat

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:47

Universitas Columbia Cabut Gelar Akademik 22 Mahasiswa

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:34

Tanggapi Usulan Menhub, Kadin: Tidak Semua Usaha Bisa Terapkan WFA Saat Mudik

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:13

Selengkapnya