Webinar literasi digital, "Bijak Bermedsos tanpa cyberbullying"/Net
Dunia teknologi digital berkembang cepat dan merambah ke dunia pendidikan. Jika dimanfaatkan secara bijak dan cerdas, dengan panduan guru kekinian sebagai pendidik, dunia digital sangat membantu mewujudkan suasana belajar baru yang mudah, cepat, dan menyenangkan.
Namun, di kalangan siswa, anak dan remaja, tak terhindar fenomena cyberbullying, saling ejek, berkomentar jelek di media sosial dan menimbulkan efek mental psikologis serius, hal yang mesti dicermati guru dan orangtua secara kolaboratif.
Staf ahli Bupati Nganjuk, Itsna Sofiani, mengatakan, bullying berimbas sangat buruk bagi siswa yang menjadi korban.
"Sering dilaporkan di banyak sekolah, ada siswa jadi takut masuk sekolah, takut di-bully temannya. Bahkan, di Jawa Timur pernah ada kasus siswa 13 tahun sampai mengakhiri hidupnya gara-gara di-bully teman. Gegara tak punya ayah atau gegara diledek anak orang miskin,” ujar Itsa dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Rabu (3/4).
Webinar yang mengambil tema "Bijak Bermedsos tanpa Cyberbullying" berlangsung semarak, lantaran diikuti siswa, guru, dan staf pendidik lainnya dengan menggelar nonton bareng (nobar) di ruangan kelas sekolah.
Peserta terdiri dari siswa SDN 3 Sukomoro Nganjuk, SDN 1 Siwalan, SDN 2 Suru Ngetos, SDN 1 Ngadipiro, SDN 1 Banaran Kulon, serta SDN 2 Ngumpul Kecamatan Bagor.
Lalu, bagaimana peran guru untuk mencegah bullying yang bisa mengancam siswa kapan saja dan bisa terjadi di mana saja?
”Jadilah guru kekinian yang cerdas dan bijak. Sebagai pendidik, bentengi siswa dengan beragam konten yang menjaga mental anak selalu kokoh. Beri siswa pengertian bahwa tidak baik saling ejek. Selalu saling tenggang rasa, dan pahamkan siswa agar budaya bullying di medsos tak elok diteruskan,” urai Itsna.
Masih menurut Itsna, hentikan bullying dengan konten yang bermanfaat. Kembangkan rasa saling cinta kasih dan cintai beragam budaya lokal yang diambil dari konten medsos yang menarik, positif, dan mengutamakan kebersamaan di kelas maupun masyarakat.
Influencer Ana Livian yang juga hadir sebagai narasumber webinar tersebut mengingatkan bahwa ada hukuman untuk pelaku cyberbullying. UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal 27 ayat 3 serius mengancam pelaku cyberbullying dengan ancaman pidana berat yaitu penjara sampai 4 tahun atau denda sampai Rp 750 juta.
”Jadi, adik-adik jangan sembrono mem-bully teman sekolah gegara masalah sepele. Ubah kebiasaan bully jadi aktivitas yang manfaat dan produktif. Bikin konten seni, review perjalanan, atau bikin konten belajar yang seru. Bukan mustahil malah jadi sumber rejeki di masa datang, bukan bikin musibah,” saran Ana Livian.
Narasumber lainnya adalah dosen yang juga digital enthusiast, M. Adhi Prasnowo. Ia menyarankan untuk mewujudkan ruang digital dengan merangkul semua lapisan masyarakat.
Menurutnya, medsos dan beragam platform digital adalah sarana untuk berekspresi secara aman.
”Kita mesti memberikan jaminan rasa aman untuk berekspresi dan tidak ada rasa takut memanfaatkan ruang digital atau medsos secara produktif dan bermanfaat. Bukan sebaliknya,” kata Adhi.
Webinar yang diselenggarakan di Nganjuk dan dipandu oleh moderator Fernand Tampubolon ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). Tahun ini, program #literasidigitalkominfo tersebut mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Kecakapan digital untuk mewujudkan Indonesia yang #MakinCakapDigital menjadi isu penting. Menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.