Berita

Dunia

Alasan Keamanan, Perusahaan China yang Hentikan Proyek di Pakistan Bertambah

MINGGU, 31 MARET 2024 | 18:29 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Proyek pembangunan bendungan Dasu dan bendungan Diamer-Bhasha juga dihentikan sementara karena situasi keamanan yang tidak memungkinkan di provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang bergolak di Pakistan.

Perkembangan ini terjadi sehari setelah Power Construction Corporation of China menghentikan pekerjaan sipil di Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Perpanjangan ke-5 Tarbela di distrik Swabi di provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Lebih dari 2.000 pekerja diberhentikan sementara.

Sementara proyek bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air Dasu berkapasitas 4.320 MW yang berjarak sekitar 300 km di utara Islamabad dibangun China Gezhouba dengan pendanaan dari Bank Dunia.

The News International melaporkan sekitar 1.000 insinyur Tiongkok bekerja pada bendungan Dasu dan bendungan Diamer-Bhasha.

Staf lokal untuk kedua proyek tersebut telah diarahkan untuk tinggal di rumah sampai ada perintah lebih lanjut.

Seorang pejabat yang bekerja di proyek bendungan Dasu membenarkan bahwa perusahaan Tiongkok tersebut berhenti bekerja dan staf lokal diminta untuk tinggal di rumah. Proyek ini mempekerjakan sekitar 741 warga Tiongkok dan 6.000 penduduk lokal.

Senada dengan itu, General Manager Bendungan Diamer-Bhasha berkapasitas 4.800 MW Nazakat Hussain juga membenarkan bahwa perusahaan Tiongkok telah berhenti bekerja dan mengatakan sekitar 500 warga negara Tiongkok terlibat dalam DBD namun staf Frontier Works Organization, yang terdiri dari sekitar 6.000 penduduk setempat, terus bekerja.

Namun, 250 insinyur Tiongkok masih mengerjakan Bendungan Mohmand di Khyber Pakhtunkhwa, kata surat kabar itu mengutip Asim Rauf, manajer umum bendungan tersebut. “Pihak Tiongkok telah menunjukkan kepuasan atas situasi keamanan di wilayah proyek dan mereka bekerja di lokasi tersebut,” katanya kepada The News International.

Ribuan personel Tiongkok bekerja di Pakistan pada beberapa proyek di bawah naungan Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan senilai 60 miliar dolar AS.

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

Sidang Komika Aulia Rakhman Dilarang Diliput, Begini Penjelasan Jubir PN Tanjungkarang

Selasa, 21 Mei 2024 | 05:54

Safaruddin Akui Belum Dapat Perintah Prabowo untuk Jadi Cawagub Aceh

Selasa, 21 Mei 2024 | 05:35

Hari Ini MK Bacakan Putusan Dismissal Sengketa Pileg

Selasa, 21 Mei 2024 | 05:15

Pabrik Ekstasi dan Pil Koplo di Surabaya Bagian Sindikat Narkoba di Jakarta

Selasa, 21 Mei 2024 | 04:59

2 Anggota DPRD Mangkir dari Pemeriksaan Kejaksaan

Selasa, 21 Mei 2024 | 04:42

Malang Diguncang Gempa M 5,3, Tak Berpotensi Tsunami

Selasa, 21 Mei 2024 | 04:22

Pencemaran Sungai Singgersing Diduga Akibat Pembukaan Lahan Sawit

Selasa, 21 Mei 2024 | 03:57

Ombudsman Ajak Warga Jabar Kenali Latar Belakang Cagub

Selasa, 21 Mei 2024 | 03:31

Punya Kesamaan Visi Misi, Alasan Bobby Nasution Gabung Gerindra

Selasa, 21 Mei 2024 | 02:58

Polemik Maskot Pilkada, KPU Bandar Lampung Minta Maaf

Selasa, 21 Mei 2024 | 02:29

Selengkapnya