Ikon Haji Geyot di tengah semarak bulan ramadan/Net
Ikon boneka penabuh bedug bernama Haji Geyot kini kembali dihidupkan di tengah suasana ramadan 1445 H.
Haji Geyot sebelumnya sudah dikenal masyarakat Bandung, Jawa Barat sebagai ikon penyemarak bulan ramadan. Namun seiring berkebangnya zaman, boneka yang dikenal dengan gerakan pinggulnya mengikuti irama tabuhan bedug kian tak terlihat lagi.
Bertepatan dengan bulan suci ramadan tahun ini, bank bjb menggandeng Badalohor Kreasi Indonesia menghidupkan tradisi Haji Geyot untuk menyemarakkan dan menghidupkan suasana bulan puasa.
Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb WIdi Hartoto menyampaikan, pemasangan Haji Geyot dimaksudkan untuk merekatkan nilai-nilai keislaman dan tradisi ramadan. Menghidupkan suasana Ramadan dengan kegiatan positif saat menunggu berbuka puasa.
"Ini juga sekaligus melestarikan tradisi dan simbol bulan suci ramadan, terutama di Jawa Barat,” ujar Widi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/3).
Haji Geyot akan dipasang di lima lokasi strategis di Jawa Barat, yakni di Taman Braga, Masjid Raya Agung Provinsi Jawa Barat, Masjid Raya Al-Jabar, Gedong Sabilulungan, dan Alun-alun Cimahi.
Berbagai acara menarik akan diselenggarakan, seperti kabaret, tausiah, musik akustik Islami, quiz, dan pembagian takjil serta makanan siap saji untuk berbuka.
“Kami memiliki kepedulian tinggi terhadap berbagai tradisi unik di Jawa Barat, karena itu bank bjb menghidupkan kembali Haji Geyot agar tidak punah dan dikenal generasi milenial,” ujar Widi.
Selain pemasangan Haji Geyot, menyambut ramadan kali ini, bank bjb juga melaksanakan kegiatan berbagi nasi boks dan takjil, sebagai implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR).
Pembagian nasi boks dan takjil dilakukan selama 20 hari bulan Ramadan, dengan 200 paket setiap harinya.
Momen berbagi takjil dimaksudkan untuk memperkuat nilai-nilai kepedulian antar sesama. Sekaligus, memeriahkan bulan suci ramadan dengan kegiatan positif yang meningkatkan semangat persaudaraan.
Adapun pembagian dilakukan di beberapa titik strategis, meliputi masjid, yayasan, panti-panti, dan langsung kepada pejuang nafkah jalanan seperti tukang becak, sopir angkutan, pemulung, dan pengemis.