Berita

Dunia

Militer Tiongkok Punya Satu Misi: Buktikan Bisa Menyerang Taiwan

SELASA, 26 MARET 2024 | 16:50 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) Tiongkok sedang melakukan beberapa operasi pada minggu ini yang menandakan transisi berkelanjutan dari kekuatan pertahanan pantai menjadi kekuatan pertahanan perairan.

Sebuah laporan yang diterbitkan Kementerian Pertahanan Jepang menunjukkan tiga kapal PLAN Tiongkok transit dari Laut China Timur ke Laut Tiongkok pada akhir pekan melalui Selat Tsushima. Kapal perang tersebut kemungkinan sedang mempersiapkan latihan angkatan laut dengan Angkatan Laut Rusia.

Laut Jepang yang dikenal di kedua Korea sebagai Laut Timur adalah jalur perairan padat yang menjadi jalur laut komersial dan strategis lima negara. Tempat ini juga merupakan tempat uji coba rudal balistik Korea Utara, sementara Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia bermarkas di kota tertutup Fokino di Teluk Peter the Great.


Kapal perang Tiongkok yang dilaporkan adalah fregat Daqing Tipe 054A, kapal pengisian ulang Tipe 903A Kekexilihu, dan kapal perusak berpeluru kendali Tipe 052D (nama pelaporan NATO Luyang III) Huainan. Menurut Newsweek, ketiga kapal tersebut ditugaskan ke Armada Laut Utara PLAN di bawah Komando Teater Utara.

Dalam artikel yang ditulis pakar militer Peter Suciu di The National Interest disebutkan, meskipun baik Beijing maupun Moskow belum mengumumkan rencana latihan apa pun, Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia sudah aktif di wilayah tersebut dan melakukan latihan tempur melawan sekelompok drone laut yang disimulasikan, menurut laporan media pemerintah Rusia. Tiongkok dan Rusia terakhir kali mengadakan latihan angkatan laut gabungan di Laut Jepang pada Juli 2023.

Pengerahan kapal-kapal dari Armada Laut Utara PLAN dilakukan setelah latihan penembakan di Laut Cina Selatan, yang mencakup sekelompok kapal pendarat tank Tipe 072III dan Tipe 072A. Kapal-kapal ini mengikuti kursus pelatihan, termasuk penembakan dengan peluru tajam terhadap sasaran ranjau laut dan tambatan secara berdampingan.

Kapal-kapal tersebut terlibat dalam latihan tempur multi-arah yang realistis di area yang dirahasiakan. Pada saat yang sama, kapal pendarat Tipe 072 dirancang untuk beroperasi di perairan yang lebih dekat ke pantai, mendarat di pantai, dan kemudian membongkar kendaraan, pasukan, dan kargo. Global Times milik negara Tiongkok menyoroti bahwa karakteristik Tipe 072 menjadikannya sangat berguna dalam menjaga kedaulatan teritorial dan hak maritim Tiongkok atas pulau-pulau dan terumbu karang di Laut China Selatan.

Juga disebutkan bahwa Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) selanjutnya melakukan serangkaian latihan tempur gabungan dengan Penjaga Pantai Tiongkok (CCG) di berbagai wilayah maritim di tengah meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan. Pasukan gabungan tersebut termasuk unit dari PLAN dan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF).

Meskipun CCG adalah pasukan keamanan maritim yang berada di bawah yurisdiksi penegakan hukum dan bukan militer Tiongkok, CCG semakin banyak beroperasi bersama PLAN—dan dipandang oleh pengamat Barat sebagai kekuatan angkatan laut tambahan. Perannya telah berkembang secara signifikan, dan pemberlakuan undang-undang CCG yang baru oleh Beijing memberikan wewenang kepada Tiongkok untuk menegakkan klaim maritim Tiongkok melampaui batas-batas yang diakui oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Hukum Laut (UNCLOS).

Selain itu, berbagai latihan ini juga dilihat sebagai pengingat bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah mengklaim negara kepulauan Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai wilayah Tiongkok. Taiwan dianggap sebagai provinsi yang memisahkan diri dan akan dikembalikan ke kendali daratan dan akan dilakukan kekerasan jika diperlukan.

Pada bulan Januari, William Lai Ching-te terpilih sebagai presiden Taiwan. Lai sebelumnya menganjurkan kemerdekaan resmi Taiwan, namun kemudian melunakkan posisinya, dengan menyatakan bahwa “Taiwan sudah menjadi negara berdaulat dan merdeka yang disebut Republik Tiongkok.”

Dia berkampanye untuk memperkuat hubungan Taipei dengan Washington dan negara demokrasi liberal lainnya.

Bahkan dengan pandangannya yang keras, Lai dapat dilihat sebagai ancaman terhadap upaya Beijing untuk memaksakan unifikasi dengan Taiwan, dan latihan angkatan laut yang sedang berlangsung mungkin merupakan pertanda seberapa jauh kemauan Partai Komunis Tiongkok untuk bertindak.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya