Berita

Ilustrasi Foto/Net

Dunia

Harga Minyak Dunia Anjlok Akibat Konflik Timur Tengah

SELASA, 12 MARET 2024 | 05:39 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Harga minyak dunia tercatat mengalami penurunan pada perdagangan Senin (11/3), yang dipicu oleh perlambatan permintaan di China dan risiko geopolitik di Timur Tengah dan Rusia.

Dikutip Reuters, harga minyak Brent turun 0,2 persen, menjadi 81,96 dolar AS (Rp1,269 juta) per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) juga dilaporkan turun 0,2 persen, menjadi 77,8 dolar (Rp1,205 juta) per barel.

Kedua harga minyak itu melanjutkan penurunannya setelah pada pekan lalu minyak Brent turun 1,8 persen dan WTI turun 2,5 persen, karena data bearish China yang menunjukkan melemahnya permintaan di negara nomor satu importir minyak mentah.

Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi China, yang merupakan konsumen terbesar minyak dunia, dinilai lebih dominan daripada keputusan OPEC+ untuk memperpanjang pengurangan pasokan secara sukarela.

Menurut Presiden NS Trading, unit Nissan Securities, Hiroyuki Kikukawa, situasi geopolitik di Timur Tengah dan Rusia juga membatasi penurunan harga minyak.

"Kerugian penurunan itu akan berlanjut oleh meningkatnya risiko geopolitik, dengan kemungkinan tidak tercapainya gencatan senjata dalam perang Hamas-Israel dan konflik dapat meluas di Rusia dan negara-negara tetangganya,” katanya.

Di sisi lain, China telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen untuk tahun 2024, yang dianggap sebagai target ambisius tanpa stimulus ekonomi tambahan.

Meski demikian, impor minyak mentah China terpantau meningkat dalam dua bulan pertama tahun ini, namun impor itu masih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang menunjukkan adanya tren penurunan pembelian dari pembeli terbesar di dunia.

Sementara di sisi pasokan, OPEC+ telah memutuskan untuk mempertahankan kebijakan pengurangan produksi minyak sebesar 2,2 juta barel per hari hingga kuartal kedua.

Hal tersebut diyakini akan dapat memberikan dorongan positif terhadap pasar dengan pulihnya permintaan setelah jeda musiman. Namun, risiko geopolitik yang terus meningkat di beberapa wilayah dunia tetap menjadi fokus perhatian para pelaku pasar. 

Populer

Pemuda Katolik Tolak Program Transmigrasi di Papua

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:45

Akbar Faizal Sindir Makelar Kasus: Nikmati Breakfast Sebelum Namamu Muncul ke Publik

Senin, 28 Oktober 2024 | 07:30

Pilkada Jateng dan Sumut Memanas Buntut Perseteruan PDIP Vs Jokowi

Minggu, 03 November 2024 | 13:16

Ketum PITI Sayangkan Haikal Hasan Bikin Gaduh soal Kewajiban Sertifikasi Halal

Kamis, 31 Oktober 2024 | 20:01

Inilah Susunan Dewan Komisaris IPC TPK Baru

Jumat, 01 November 2024 | 01:59

Komandan IRGC: Serangan Balasan Iran Melampaui Ekspektasi Israel

Jumat, 01 November 2024 | 12:04

Hizbullah Bombardir Pangkalan Militer Israel Pakai Rudal, Sirine Berdengung Kencang

Sabtu, 02 November 2024 | 18:04

UPDATE

Bertemu Megawati Bakal Jadi Sowan Pamungkas Prabowo

Kamis, 07 November 2024 | 16:09

Kemenangan Trump Jadi Alarm Bahaya Bagi Perekonomian RI?

Kamis, 07 November 2024 | 16:02

BSSN Sudah Siapkan Operasi Siber Pengamanan Pilkada 2024

Kamis, 07 November 2024 | 15:52

WhatsApp Siapkan Fitur Baru untuk Cek Keaslian Foto dalam Pesan

Kamis, 07 November 2024 | 15:44

Mendagri Dorong Pemda Dukung Program Prioritas Prabowo-Gibran

Kamis, 07 November 2024 | 15:26

BSI Dukung Program Gizi Nasional Melalui Kemitraan dengan BGN

Kamis, 07 November 2024 | 15:25

Pemberantasan Judi Online Langkah Tegas yang Dinanti Sejak Lama

Kamis, 07 November 2024 | 15:21

Komisi I DPR Dukung BSSN Perkuat Keamanan Siber

Kamis, 07 November 2024 | 15:16

Trump Raih Kemenangan, Ancaman Tarif 60 Persen untuk China Jadi Sorotan

Kamis, 07 November 2024 | 15:10

Mayor Teddy Tidak Perlu Lagi Selalu Dampingi Prabowo

Kamis, 07 November 2024 | 14:58

Selengkapnya