Berita

Ilustrasi Foto.RMOL

Politik

Dorong Rekonsiliasi Nasional, Ganjar dan Anies harus Belajar kepada Prabowo

SABTU, 02 MARET 2024 | 22:57 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Para kandidat peserta Pilpres 2024 yang kalah versi quick count berbagai lembaga survei dan data sementara real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus menunjukkan sikap kedewasaannya dalam berdemokrasi dengan semboyan siap menang dan kalah.

Hal itu disampaikan peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam. Menurut dia, Anies dan Ganjar perlu belajar kepada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam membangun budaya politik yang santun dan saling menghormati.

“Meskipun rivalitas pilpres antara Jokowi dan Prabowo sangat keras pada 2014 dan 2019. Namun, kedua tokoh tersebut mampu memberikan contoh bagaimana berpolitik dengan baik. Ketika harus berkompetisi dilakukan dengan serius namun saat sudah usai maka bersatu untuk kemajuan bangsa,” kata Surokim dalam keterangannya, Sabtu (2/3).

“Dibutuhkan kedewasaan diperlukan sikap yang lebih negarawan apalagi kalau kita mengacu bagaimana pengalaman-pengalaman sebelumnya seperti Pak Prabowo itu juga sempat kalah berkali-kali di dalam pilpres dan mestinya itu juga bisa dijadikan sebagai contoh,” tambahnya.

Dikatakan Surokim, pemenang Pilpres 2024 tinggal menunggu pengumuman secara formal oleh KPU, sebab berdasarkan hasil quick count dan real count sementara KPU menunjukkan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka unggul telak dari dua pesaingnya.

Jarak perolehan suara yang cukup jauh antara Prabowo–Gibran dan dua kompetitornya sudah mustahil untuk dikejar. Oleh karena itu, Surokim mendorong pihak yang kalah untuk mengakui kekalahannya dan segera melakukan rekonsiliasi nasional.

“Semua kan masih beralasan untuk menunggu real count, tapi quick count itu kan diselenggarakan oleh lembaga yang tidak hanya satu dua lembaga tetapi juga oleh banyak lembaga yang mempunyai reputasi selama ini dalam menghitung pemilu,” ujar Surokim.

“Jarak yang tersisa antara dua paslon juga cukup jauh, jadi agak sulit menurut saya mungkin kalau jaraknya tipis gitu tidak ada masalah ini jaraknya terlalu jauh, jadi harus ada kesadaran memang tidak mudah untuk menerima kekalahan,” imbuhnya.

Lanjut Surokim, energi yang ada dari paslon yang kalah lebih baik digunakan untuk disiapkan dalam menghadapi pemilu berikutnya bisa bersikap ikut gabung koalisi pemenang atau menyatakan sikap sebagai oposisi.

“Dari pada harus dihambur-hamburkan energi untuk melakukan tuduhan atau berbagai macam alasan atas kekalahannya, saya pikir posisi menjadi oposisi itu juga tidak kalah terhormatnya, akan lebih bijak kalau disiapkan untuk menjadi oposisi atau menjalankan fungsi oposisi terhadap pemerintah terpilih misalnya,” paparnya.

Surokim menilai, upaya kubu rival Prabowo melemparkan wacana kecurangan pemilu terhadap penyelenggara pemilu dengan menggulirkan hak angket menunjukkan sikap yang tidak mau menerima kekalahan.

Jika hal itu diteruskan, menurut Surokim sama saja melawan kehendak atau logika mayoritas masyarakat yang sudah menggunakan hak pilihnya.

“Melihat jarak yang lebar seperti itu saya kira cukup sulit untuk membangun narasi kecurangan dilakukan secara terstruktur sistematis dan masif (TSM), rasa-rasanya cukup sulit terlalu lebar jaraknya. Artinya harus melawan logika publik pemilih yang mayoritas,” tegasnya.

“Tapi sepanjang itu tidak TSM, saya kira publik masih bisa memahami dan kalaupun toh yang sekarang sedang dibangun narasi kecurangan seperti itu saya kira harus mengingat logika publik juga bahwa pemilu ini melibatkan banyak pemilih,” sambung dia.

Dijelaskan Surokim, rekonsiliasi nasional harus segera dilakukan oleh para elit agar masyarakat di bawah mengikutinya, hal ini penting agar tidak terjadi kegaduhan dan munculnya kembali polarisasi.

Rekonsiliasi itu dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi politik secara intens demi mengurangi gesekan serta tensi politik lebih mereda.

“Harus istilahnya intensitas komunikasi politik lagi supaya bisa mengurangi tensi gesekan yang tidak perlu. Kita punya sejarah panjang terkait dengan rekonsiliasi dan polarisasi, di pendukung juga gak bisa dinisbikan, jadi bisa dimulai dari rekonsiliasi di tingkat elit dulu baru kemudian nanti bisa bergeser ke bawah,” bebernya.

“Kalau kita mengandalkan rekonsiliasi itu dimulai dari bawah, saya kira agak cukup sulit kalau rekonsiliasi itu bisa di cairkan melalui pertemuan-pertemuan elite lebih intens, saya kira akan jauh lebih elegan minimal bisa menjadi contoh dan meredam munculnya hoax-hoax yang terus menerus cukup intens mengganggu proses demokrasi,” tandas Surokim.

Populer

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

Jaksa KPK Ungkap Keterlibatan Orang Tua Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor dalam Kasus Gazalba Saleh

Senin, 06 Mei 2024 | 13:05

UPDATE

Disnakertransgi DKI Dibanjiri Ratusan Pengaduan THR Lebaran 2024

Jumat, 10 Mei 2024 | 00:07

Bos PAN Tegaskan Keliru Tuduhan Prabowo Menang karena Bansos

Jumat, 10 Mei 2024 | 00:04

Haris Muhammadun Ingin Duet Bareng Sachrudin

Kamis, 09 Mei 2024 | 23:36

Anies Baswedan Jangan Asal Terima Tawaran PDIP

Kamis, 09 Mei 2024 | 23:24

Haris Muhammadun Ramaikan Bursa Pilkada Kota Tangerang

Kamis, 09 Mei 2024 | 23:02

Prinsip “Vishwa Bandhu” Cara India Sikapi Konflik Israel-Palestina

Kamis, 09 Mei 2024 | 22:47

Kalah dari Guinea, Timnas Indonesia Gagal Ikut Olimpiade 2024

Kamis, 09 Mei 2024 | 22:36

Inggris dan India Dominasi Lalu Lintas di Bandara Abu Dhabi

Kamis, 09 Mei 2024 | 22:32

Zulhas: PAN Bakal Terus Beriringan dengan Gerindra di Pilkada

Kamis, 09 Mei 2024 | 22:22

38 DPW Dukung Zulhas Lanjutkan Kepemimpinan PAN

Kamis, 09 Mei 2024 | 22:20

Selengkapnya