Rektor Institut Sains dan Teknologi al-Kamal Jakarta yang juga analis intelijen, pertahanan, dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro/Net
TNI-Polri konsolidasi membangun keberlanjutan sinergitas kedua institusi pertahanan dan keamanan itu. Rapat Pimpinan TNI-Polri bertajuk "Sinergitas TNI-Polri Siap Mewujudkan Pertahanan dan Keamanan yang Tangguh untuk Indonesia Maju”, Rabu (28/2), menegaskan bahwa pondasi hankam dibangun atas landasan soliditas dan sinergitas kedua institusi itu.
Analis intelijen, pertahanan, dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro, mengapresiasi upaya yang dilakukan TNI-Polri. “Kita ini masuk masa transisi kepemimpinan sampai pelantikan presiden hasil Pemilu 2024 dilaksanakan. Karenanya, jaminan pertahanan dan keamanan sangat penting,” kata pria yang akrab disapa Simon itu.
Lewat pesan tertulis di Jakarta, dia mengingatkan, soliditas dan sinergitas TNI-Polri merupakan isu yang selalu bergulir dari periode ke periode.
“Soliditas dan sinergitas TNI-Polri ini kulminasi kesadaran kedua institusi atas berbagai kejadian yang mengancam pertahanan dan keamanan nasional, utamanya pasca reformasi 1998. Semua ancaman dapat ditangani dengan baik berkat kerjasama lembaga pertahanan dan keamanan itu,” kata Rektor Institut Sains dan Teknologi al-Kamal Jakarta itu.
Menurut dia, setidaknya ada sejumlah situasi yang perlu direspon dalam kegiatan Rapim kali ini. “Dinamika elite politik saat ini, terutama pasca Pemilu 2024, jangan sampai meluas di tingkat basis, yang berpotensi memicu gesekan di arus bawah. Antisipasi secara menyeluruh dan menjangkau seluruh wilayah Indonesia perlu dilakukan,” katanya.
Hal lain adalah perlunya langkah antisipasi diplomasi pertahanan dalam merespon lingkungan strategis terkini.
“Kita tahu, Asia Tenggara saat ini dipetakan berdasar keberpihakan terhadap negara-negara Adidaya, apakah itu Pro Barat dalam hal ini Amerika Serikat, atau Pro Blok Timur, dalam hal ini China. Kapasitas memposisikan diri dalam situasi itu sangat penting, sehingga menentukan langkah diplomasi apa yang akan kita ambil?” jelas Simon.
Sementara itu, tantangan terkait perkembangan dunia digital juga tidak kalah penting. Intensitas serangan siber ke Indonesia juga semakin intensif, seiring posisi Indonesia yang semakin menguat dalam peta geopolitik.
“Tantangan itu harus ditanggapi lebih serius dalam kebijakan yang lebih strategis, juga operasional di lapangan, sehingga kita tidak lagi kecolongan. Karenanya, sinergitas juga diperluas dengan lembaga-lembaga lain yang berwenang dan berkompeten dalam urusan siber,” katanya.
Secara khusus, Simon menyampaikan ucapan selamat kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang menerima tanda kehormatan langsung dengan Keputusan Presiden, berupa kenaikan pangkat istimewa menjadi jenderal TNI.
“Tanda kehormatan ini, selain sebagai bentuk apresiasi negara kepada yang bersangkutan, juga bermakna untuk melanjutkan sikap pengabdian kepada bangsa dan negara,” tutup Simon.