Setelah merasakan sendiri dampak dari serangan siber, Amerika Serikat kini khawatir bahwa serangan China ke Taiwan mempunyai intensi yang lebih besar.
Mengutip Big News Network pada Senin (26/2), jaringan seluler milik American Telephone and Telegraph (ATT) di seluruh AS mengalami pemadaman secara tiba-tiba sehingga pelanggan tidak dapat melakukan panggilan, mengirim SMS, atau bahkan mengakses internet.
"Pada Kamis pagi (22/2) lebih dari 74,000 pelanggan ATT melaporkan pemadaman dan gangguan layanan sekitar pukul 4 pagi (waktu setempat)," ungkap laporan tersebut.
Menjelang pagi, ATT berhasil memulihkan jaringannya dan kembali online.
“Tim jaringan kami segera mengambil tindakan dan sejauh ini. Kami bekerja secepat mungkin untuk memulihkan layanan kepada pelanggan yang tersisa," kata ATT dalam sebuah pernyataan.
ATT tidak memberikan rincian lebih lanjut dan tidak ada bukti bahwa gangguan pekan lalu merupakan akibat dari serangan siber atau aktivitas jahat lainnya.
Kendati demikian, Senator Florida Marco Rubio memperingatkan bahwa gangguan itu bisa menjadi gambaran yang nyata besarnya pengaruh serangan siber.
Dia kemudian merujuk ambisi China untuk menyerang Taiwan. Menurutnya, serangan Siber yang dilancarkan Beijing mungkin akan lebih besar dan berbahaya.
"Saya tidak tahu penyebab pemadaman ATT Tapi saya tahu keadaannya akan 100 kali lebih buruk ketika Tiongkok melancarkan serangan dunia maya ke Amerika pada malam sebelum invasi Taiwan," ujarnya dalam unggahan di X.
Bukan hanya menargetkan jaringan listrik maupun internet, lanjut Rubio, serangan China terhadap Taiwan akan meluas ke sektor pertahanan hingga ketahanan pangan.
"Bukan hanya layanan seluler yang mereka serang, tapi juga akan menjadi kekuatanmu, airmu, dan simpananmu," tegasnya.
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan berjanji menempuh segala cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, China terus meningkatkan aktivitas militer di sekitar Taiwan, termasuk serangan hampir setiap hari ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) negara tersebut dan mengirim kapal militer ke dekat perbatasan maritimnya.
Terutama setelah kunjungan mantan Ketua AS Nancy Pelosi ke Taipei pada tahun 2022, China terus meningkatkan kehadiran jet militernya di wilayah tersebut.