Berita

Beras lokal di Pagar Alam/Net

Nusantara

Harga Beras Lokal Meroket, Kesulitan Ekonomi Hantui Warga Pagar Alam

SENIN, 19 FEBRUARI 2024 | 06:05 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Harga beras lokal terus meroket di pasaran, bahkan telah melampaui harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi. Kondisi ini terjadi sejak musim kemarau tahun lalu, periode Juni hingga September. Meskipun sudah memasuki musim penghujan, harga beras tetap naik secara signifikan.

Berdasarkan pantauan Kantor Berita RMOLSumsel, harga beras lokal di tingkat eceran telah mencapai Rp16 ribu per kilogram. Artinya harga beras lebih mahal daripada beberapa jenis bahan bakar, seperti Pertamax Turbo yang dijual seharga Rp14,750 per liter atau Pertamax Dex seharga Rp15,450 per liter.

Akibat kenaikan yang drastis ini, masyarakat di Kota Pagar Alam mulai beralih ke beras subsidi merk SPHP yang harganya jauh lebih terjangkau. Namun, pembelian beras subsidi ini dibatasi maksimal 10 kilogram per orang.


Banyak masyarakat yang tidak mendapatkan alokasi tersebut hingga terpaksa membeli beras lokal yang harganya jauh lebih tinggi.

Irawan, seorang tukang ojek, mengeluh kesulitannya mencari beras subsidi. Dia terpaksa membeli beras lokal meskipun harganya mahal karena tidak ada pilihan lain.

"Sudah keliling ke agen yang jual beras SPHP tapi tidak kebagian terpaksa beli beras lokal walau mahal daripada tidak makan," keluh Irawan, Minggu (18/2).

Sementara, dari sisi penjual menyebut kenaikan harga beras lokal disebabkan oleh penetapan harga tinggi dari agen dan pabrik penggilingan beras. Mereka menyatakan modal pembelian beras lokal memang sudah tinggi.

Kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok, termasuk beras, sangat mengkhawatirkan masyarakat Pagar Alam. Mayoritas penduduk di sini adalah petani dan memiliki penghasilan rendah.

Mereka merasa tekanan ekonomi semakin bertambah, terutama menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran, di mana konsumsi masyarakat cenderung meningkat.

Pengamat ekonomi asal Sumatera Selatan, Harianto menyatakan keprihatinannya terhadap situasi ini. Dia menyebut tanpa tindakan cepat dari pemerintah untuk menstabilkan harga beras dan kebutuhan pokok lainnya, dampak negatifnya bisa sangat luas.

"Salah satunya peningkatan tingkat kemiskinan, putus sekolah, dan bahkan peningkatan angka kriminalitas sebagai efek domino dari kondisi ekonomi yang sulit," katanya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya