Stunting masih menjadi masalah bagi keterpenuhan nutrisi bagi anak-anak di Indonesia. Persoalan stunting, banyak dibahas setidaknya setelah menjadi topik perdebatan di antara calon presiden.
Tetapi, sebagian masyarakat belum tahu apa sebenarnya stunting. Selama ini masih banyak yang bingung untuk membedakan antara stunting, gizi kurang, dan gizi buruk.
Ketiga kondisi itu secara kasat mata hampir sama. Padahal antara stunting, gizi kurang, dan gizi buruk terdapat beberapa perbedaan.
Ketiga hal kondisi itu, dijelaskan Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA) Vera Galuh Sugijanto. Dia menyampaikan, penyebab utama gizi buruk adalah kekurangan asupan makanan yang bernutrisi sesuai kebutuhan masing-masing kelompok usia anak.
"Selain itu, gizi buruk juga sering disebabkan oleh gangguan penyerapan nutrisi akibat penyakit kronis, misalnya diare kronis atau TBC," ujar Vera dalam keterangan tertulis, Jumat (16/2).
Katanya, pada balita jika gizi kurang dan gizi buruk tidak segera diintervensi dengan kuat, maka anak akan dapat jatuh pada kondisi stunting.
Karena itu, orang tua harus selalu memantau tumbuh kembang anak, khususnya dari tinggi dan berat badan. Orang tua bisa memeriksakan anak secara berkala ke pelayanan kesehatan yang terjangkau seperti Posyandu.
Sementara, lanjunya, indikator stunting terdiri atas anak berbadan lebih pendek untuk seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih kecil untuk usianya. Berat badan rendah untuk anak seusianya, dan pertumbuhan tulang tertunda.
Adapun indikator gizi kurang atau gizi buruk ditandai dengan tubuh anak tampak sangat kurus, wajah keriput, kulit kering, perut tampak buncit, sering lemas dan tidak aktif bermain, gangguan tumbuh kembang, rambut mudah rontok dan tampak kusam, serta pembengkakan (edema) di tungkai.
Vera menegaskan, gizi buruk berbeda dengan stunting. Gizi buruk ditandai dengan badan anak yang terlalu kurus dibandingkan tinggi badannya.
Sedangkan stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Yang menyamakan gizi buruk dengan stunting bermula dari defisiensi nutrisi.
Stunting disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang terjadi dalam jangka waktu lama atau berulang selama 1.000 hari pertama kehidupan anak. Penanganan stunting harus dimulai sejak 1.000 hari pertama kehidupan tersebut.
"Pencegahan (stunting) sejak dalam kandungan. Sementara penyebab gizi buruk terjadi ketika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang baik pada usia berapa pun," terangnya.
Untuk mengatasi defisiensi nutrisi dan mencegah stunting, masih kata Vera, Kementerian Kesehatan telah mempromosikan kampanye "Protein Hewani Cegah Stunting". Kampanye itu diluncurkan pada 2023 tepatnya saat peringatan Hari Gizi Nasional ke-63.
Sambungnya, protein hewani adalah salah satu instrumen gizi penting yang dibutuhkan oleh ibu hamil guna mencegah stunting pada anak.
"Hal ini dikarenakan pangan hewani mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein, mineral, dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan," demikian Vera.