Suasana pengungsi Palestina di perbatasan Kota Rafah/Net
Rencana Israel memperluas serangan hingga ke kota Rafah di Gaza, mendapat kecaman keras dari sejumlah negara Arab.
Mengutip Anadolu Ajansi, Minggu (11/2), negara-negara Arab seperti Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab, menyuarakan penolakannya terhadap rencana serangan Israel pada tempat warga Gaza mengungsi itu.
Kementerian Luar Negeri Kuwait dengan tegas mengutuk segala bentuk eskalasi dan skema agresif yang dipastikan membahayakan kehidupan warga Gaza.
"Kuwait menyampaikan keprihatinannya terhadap tindakan Israel yang sudah mengusir warga Gaza ke Rafah, dan kini berencana menyerangnya juga," bunyi laporan Kemlu Kuwait.
Senada dengan Kuwait, Qatar juga menyuarakan kecaman yang sama, sambil memperingatkan bahwa bencana kemanusiaan akan semakin memburuk akibat kebijakan zionis Israel itu.
"Rafah merupakan tempat terakhir bagi warga Palestina mengungsi, jika diserang juga, maka bencana kemanusiaan di Gaza tidak terelakkan lagi," tegas Kemlu Qatar, dalam sebuah pernyataan.
Sebab itu Qatar meminta Dewan Keamanan PBB segera bertindak mencegah pasukan pendudukan Israel menginvasi Rafah dan melakukan genosida di kota itu.
"Qatar tegas menolak pengusiran paksa warga Palestina dari Gaza," tambahnya.
Sementara itu, Kemlu UEA juga memperingatkan dampak kemanusiaan serius yang bisa ditimbulkan akibat operasi militer Israel di Rafah.
"Tindakan seperti itu akan menyebabkan lebih banyak korban jiwa tak berdosa, dan memperburuk bencana kemanusiaan di wilayah itu," tegasnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memerintahkan militer, Jumat (9/2), mengumumkan rencana mengevakuasi warga Palestina, sebelum membombardir Rafah.
"Kami akan melakukannya, dan Israel sedang mengerjakannya (perluasan serangan ke Rafah)," tegas Netanyahu.
Hampir 85 persen warga Palestina mencari perlindungan di Rafah, setelah Israel menggempur Gaza Tengah dan Utara, hingga menewaskan 28.000 korban dan menyebabkan kehancuran massal.