Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, didampingi Susilo Bambang Yudhoyono saat mendukung kampanye capres Prabowo Subianto di Aceh beberapa waktu lalu/Istimewa
Keuntungan politik bisa didapatkan Partai Demokrat lewat keberpihakannya kepada pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs, Ahmad Khoirul Umam berpendapat, keuntungan politik yang didapatkan oleh Partai Demokrat adalah efek elektoral dan efek ekor jas dari Prabowo-Gibran.
“Sebab, selain memiliki magnet politik sendiri sejak Pemilu 2004, Demokrat juga bisa memperoleh efek ekor jas (dari mendukung Prabowo-Gibran),” ucap Khoirul Umam kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (29/1).
Pasalnya, Khoirul Umam menganalisis karakter swing voters dan DNA pemilih di Indonesia yang umumnya cenderung digerakkan oleh tren dan dinamika isu jelang pilpres.
“Para pemilih cenderung terbawa, ikut-ikutan mendukung paslon tertentu yang memiliki kemungkinan menang lebih besar dalam pilpres. (Mendukung) Paslon yang relatif tercitrakan lebih kuat serta dekat dengan kekuasaan (
the ruling power),” ujarnya.
Menurutnya, dinamika politik semacam ini seringkali terjadi dan menggeliat di akar rumput, sebagai fenomena politik alamiah yang secara sosio-antropologis sudah terbukti terjadi pada Pilpres 2009, 2014, dan 2019.
“Karena itu, narasi Demokrat yang belakangan digemakan AHY tentang pentingnya keberlanjutan dan perbaikan, sebagai derivasi nama lain dari perubahan, cukup relevan dan bisa ia kapitalisasi untuk penambahan kekuatan suara di Pemilu 2024 ini,” tutupnya.