Berita

Presiden Maladewa yang baru terpilih Mohamed Muizzu saat bertemu Xi Jinping di Beijing pada 10 Januari/Net

Dunia

Merapat ke China, Presiden Mohamed Muizzu Minta Pasukan India Tinggalkan Maladewa dalam Dua Bulan

SENIN, 22 JANUARI 2024 | 12:35 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Presiden baru Maladewa, Mohamed Muizzu, yang dikenal sangat pro-China, telah mengeluarkan permintaan kontroversial kepada pasukan India untuk meninggalkan negara tersebut dalam dua bulan.

Keputusan mengusir aparat India itu memunculkan pertanyaan tentang bagaimana rencana pemerintah negara itu mengatasi terorisme yang terkait dengan ISIS di Maladewa.

Mengutip Bitter Winter, Senin (22/1), Muizzu, yang terpilih pada 2023 dengan kampanye "India Out" mengklaim bahwa hubungan tradisional dengan India telah merugikan negaranya.

Sebaliknya, dia memandang China sebagai mitra strategis yang lebih menguntungkan, terutama setelah mendapatkan dukungan dari Beijing untuk pembangunan infrastruktur, meskipun beberapa orang menggambarkan dukungan itu sebagai "jebakan utang."

“Saat baru terpilih pada 2023, Muizzu melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya ke China, di mana ia tinggal selama lima hari dan disambut dengan antusias oleh Presiden Xi Jinping. Muizzu kemudian meminta India menarik pasukan yang dipertahankannya di Maladewa paling lambat 15 Maret mendatang,” tulis Bitter Winter dalam laporannya.

Dalam kampanyenya, Muizzu juga disebut telah menggunakan aspek agama sebagai bagian sentral kampanyenya, dengan mengatakan bahwa mendekatkan diri ke China jauh lebih baik untuk kepentingan Maladewa yang mayoritas beragama Muslim.

Namun, kenyataannya, China juga telah memiliki peran atas genosida terhadap penduduk di Xinjiang, dan Muslim Hui yang beretnis Tiongkok.

Terlepas dari retorika politik, keputusan Muizzu dianggap telah menyisakan ketidakpastian tentang nasib teroris Islam, ISIS dan Al Qaeda yang beroperasi di Maladewa, di tengah catatan buruk negara itu dalam memberantas teroris.

Departemen Luar Negeri AS sebelumnya menetapkan pendukung ISIS dan Al Qaeda di negara tersebut, menyoroti risiko keamanan yang harus dihadapi oleh wilayah tersebut dan mungkin membuka pintu bagi kekacauan regional di Samudera Hindia.

Selain itu, keprihatinan juga tumbuh terkait dampaknya terhadap stabilitas regional, terutama karena keberadaan kelompok teroris yang terkait dengan ISIS dan Pakistan di Maladewa.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

PDIP: Terima Kasih Warga Jakarta dan Pak Anies Baswedan

Jumat, 29 November 2024 | 10:39

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

UPDATE

Gegara Israel, World Central Kitchen Hentikan Operasi Kemanusiaan di Gaza

Minggu, 01 Desember 2024 | 10:08

Indonesia Harus Tiru Australia Larang Anak Akses Medsos

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:58

Gaungkan Semangat Perjuangan, KNRP Gelar Walk for Palestine

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:36

MK Kukuhkan Hak Pelaut Migran dalam UU PPMI

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:18

Jet Tempur Rusia Dikerahkan Gempur Pemberontak Suriah

Minggu, 01 Desember 2024 | 09:12

Strategi Gerindra Berbuah Manis di Pilkada 2024

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:53

Kubu RK-Suswono Terlalu Remehkan Lawan

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:40

Pasukan Pemberontak Makin Maju, Tentara Suriah Pilih Mundur dari Aleppo

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:30

Dirugikan KPUD, Tim Rido Instruksikan Kader dan Relawan Lapor Bawaslu

Minggu, 01 Desember 2024 | 08:06

Presiden Prabowo Diminta Bersihkan Oknum Jaksa Nakal

Minggu, 01 Desember 2024 | 07:42

Selengkapnya