Meskipun pandemi Covid-19 dinyatakan telah berakhir, dunia masih dihadapkan pada kekhawatiran akan virus baru maupun dampak lanjutan dari penyakit tersebut.
Negara tempat awal Covid-19 ditemukan, yakni China, baru-baru ini mendeteksi varian baru yang mengakibatkan lonjakan kasus pneumonia pada anak-anak dan lansia.
Meski China mengklaim virus terbaru tidak begitu berbahaya seperti Covid-19, namun banyak laporan yang menyebut bahwa rumah sakit di kota-kota padat seperti Shanghai dan Beijing dipenuhi pasien bergejala.
Mengutip
The Hongkong Post pada Jumat (19/1), China dengan regulasi kesehatannya telah gagal mencegah dampak lanjutan dari virus Covid-19.
"Selama bertahun-tahun pihak berwenang China menunjukkan pola peraturan yang tidak bertanggung jawab, sehingga meningkatkan kekhawatiran medis yang serius secara global," bunyi laporan tersebut.
Saat ini China mulai menerapkan pelonggaran karantina dan pengetesan virus yang kemungkinan akan terus berlanjut.
Tidak hanya soal regulasi kesehatan, China juga dihadapkan pada praktik korupsi yang melanda lembaga-lembaga kesehatan pemerintah.
"Kasus korupsi dan penyuapan di lembaga-lembaga tersebut telah melemahkan efektivitas badan pengatur sehingga menimbulkan konsekuensi yang parah, salah satunya adalah pandemi," tambahnya.
Saat pandemi China dilaporkan sengaja mengedarkan produk medis serta vaksin palsu ataupun yang memiliki kualitas di bawah standar.
"Berbagai kasus penggunaan obat kadaluarsa juga menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pasien dan keluarganya," tulis Hongkong Post.
Oleh sebab itu, penting bagi badan internasional menggunakan pengaruh mereka untuk memastikan China melakukan segala upaya untuk mencegah wabah lain muncul.
Sebab jika dibiarkan, tidak hanya masyarakat China yang menjadi lebih rentan, namun juga menimbulkan ancaman serius bagi komunitas internasional secara keseluruhan.