Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Lembaga Kesehatan China Gagal Tangani Dampak Berkepanjangan dari Pandemi Covid-19

JUMAT, 19 JANUARI 2024 | 15:13 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Meskipun pandemi Covid-19 dinyatakan telah berakhir, dunia masih dihadapkan pada kekhawatiran akan virus baru maupun dampak lanjutan dari penyakit tersebut.

Negara tempat awal Covid-19 ditemukan, yakni China, baru-baru ini mendeteksi varian baru yang mengakibatkan lonjakan kasus pneumonia pada anak-anak dan lansia.

Meski China mengklaim virus terbaru tidak begitu berbahaya seperti Covid-19, namun banyak laporan yang menyebut bahwa rumah sakit di kota-kota padat seperti Shanghai dan Beijing dipenuhi pasien bergejala.

Mengutip The Hongkong Post pada Jumat (19/1), China dengan regulasi kesehatannya telah gagal mencegah dampak lanjutan dari virus Covid-19.

"Selama bertahun-tahun pihak berwenang China menunjukkan pola peraturan yang tidak bertanggung jawab, sehingga meningkatkan kekhawatiran medis yang serius secara global," bunyi laporan tersebut.

Saat ini China mulai menerapkan pelonggaran karantina dan pengetesan virus yang kemungkinan akan terus berlanjut.

Tidak hanya soal regulasi kesehatan, China juga dihadapkan pada praktik korupsi yang melanda lembaga-lembaga kesehatan pemerintah.

"Kasus korupsi dan penyuapan di lembaga-lembaga tersebut telah melemahkan efektivitas badan pengatur sehingga menimbulkan konsekuensi yang parah, salah satunya adalah pandemi," tambahnya.

Saat pandemi China dilaporkan sengaja mengedarkan produk medis serta vaksin palsu ataupun yang memiliki kualitas di bawah standar.

"Berbagai kasus penggunaan obat kadaluarsa juga menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pasien dan keluarganya," tulis Hongkong Post.

Oleh sebab itu, penting bagi badan internasional menggunakan pengaruh mereka untuk memastikan China melakukan segala upaya untuk mencegah wabah lain muncul.

Sebab jika dibiarkan, tidak hanya masyarakat China yang menjadi lebih rentan, namun juga menimbulkan ancaman serius bagi komunitas internasional secara keseluruhan.

Populer

Pemuda Katolik Tolak Program Transmigrasi di Papua

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:45

Akbar Faizal Sindir Makelar Kasus: Nikmati Breakfast Sebelum Namamu Muncul ke Publik

Senin, 28 Oktober 2024 | 07:30

Pilkada Jateng dan Sumut Memanas Buntut Perseteruan PDIP Vs Jokowi

Minggu, 03 November 2024 | 13:16

Ketum PITI Sayangkan Haikal Hasan Bikin Gaduh soal Kewajiban Sertifikasi Halal

Kamis, 31 Oktober 2024 | 20:01

Inilah Susunan Dewan Komisaris IPC TPK Baru

Jumat, 01 November 2024 | 01:59

Komandan IRGC: Serangan Balasan Iran Melampaui Ekspektasi Israel

Jumat, 01 November 2024 | 12:04

Hizbullah Bombardir Pangkalan Militer Israel Pakai Rudal, Sirine Berdengung Kencang

Sabtu, 02 November 2024 | 18:04

UPDATE

Bertemu Megawati Bakal Jadi Sowan Pamungkas Prabowo

Kamis, 07 November 2024 | 16:09

Kemenangan Trump Jadi Alarm Bahaya Bagi Perekonomian RI?

Kamis, 07 November 2024 | 16:02

BSSN Sudah Siapkan Operasi Siber Pengamanan Pilkada 2024

Kamis, 07 November 2024 | 15:52

WhatsApp Siapkan Fitur Baru untuk Cek Keaslian Foto dalam Pesan

Kamis, 07 November 2024 | 15:44

Mendagri Dorong Pemda Dukung Program Prioritas Prabowo-Gibran

Kamis, 07 November 2024 | 15:26

BSI Dukung Program Gizi Nasional Melalui Kemitraan dengan BGN

Kamis, 07 November 2024 | 15:25

Pemberantasan Judi Online Langkah Tegas yang Dinanti Sejak Lama

Kamis, 07 November 2024 | 15:21

Komisi I DPR Dukung BSSN Perkuat Keamanan Siber

Kamis, 07 November 2024 | 15:16

Trump Raih Kemenangan, Ancaman Tarif 60 Persen untuk China Jadi Sorotan

Kamis, 07 November 2024 | 15:10

Mayor Teddy Tidak Perlu Lagi Selalu Dampingi Prabowo

Kamis, 07 November 2024 | 14:58

Selengkapnya