Berita

Ilustrasi/Net

Tekno

Ekonom: Hanya Negara Maju Merasakan Manfaat Maksimal Teknologi AI

KAMIS, 18 JANUARI 2024 | 11:07 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Teknologi kecerdasan buatan telah menjadi trend baru di dunia saat ini, berbagai manfaat ditawarkan dengan lahirnya AI termasuk keuntungan di bidang ekonomi.

Namun, para ekonom terkemuka yang disurvei oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF) mengatakan, manfaat AI hanya akan lebih dirasakan negara-negara berpenghasilan tinggi dibandingkan di negara-negara berkembang.

Chief Economists Outlook yang memuat laporan tersebut baru-baru ini, juga mengutip pandangan para ekonom yang mengatakan teknologi AI akan semakin meningkatkan kesenjangan.

Mayoritas responden memperkirakan peningkatan produktivitas AI akan menjadi signifikan secara ekonomi di negara-negara kaya dalam lima tahun ke depan.

“Tidak ada responden yang mengatakan bahwa manfaat produktivitas tidak akan pernah terwujud, hal ini mencerminkan ekspektasi bahwa AI akan memiliki dampak yang berkelanjutan dan luas terhadap perekonomian global,” kata laporan tersebut, seperti dimuat di RT, Selasa (16/1).

Menurut skenario paling optimis yang dikaji dalam survei WEF, penerapan AI secara luas dapat membantu meningkatkan produksi global sebanyak 30 persen pada akhir abad ini.

Ketika ditanya mengenai kawasan yang akan mengalami peningkatan produktivitas secara signifikan akibat adopsi AI yang lebih tinggi, para ekonom mengatakan mereka memperkirakan Amerika Serikat, China, Eropa, serta Asia Timur dan Pasifik akan mendapatkan manfaat terbesar dalam tiga tahun ke depan.

Prospek tersebut memproyeksikan kemungkinan peningkatan pendapatan tahunan di industri perbankan dan farmasi sebanyak 5 persen.

Hampir tiga perempat peningkatan produktivitas yang didukung AI di seluruh industri diperkirakan akan difasilitasi oleh peningkatan dalam penelitian dan pengembangan, layanan pelanggan, pemasaran dan penjualan, serta rekayasa perangkat lunak.

Prediksi optimis mengenai keuntungan ekonomi dari AI disertai dengan kekhawatiran luas mengenai kemungkinan implikasi teknologi terhadap lapangan kerja, kesenjangan, dan masyarakat secara umum. Responden menyuarakan kekhawatiran mereka mengenai risiko otomatisasi, perpindahan pekerjaan, dan degradasi.

Hampir tiga perempat dari kepala ekonom yang disurvei tidak memperkirakan adanya dampak positif terhadap lapangan kerja di negara-negara berpendapatan rendah, sementara 17 persen lainnya merasa tidak yakin.

“Meskipun bukti mengenai dampak yang lebih luas terhadap angkatan kerja masih terus berkembang, terdapat tanda-tanda konsensus bahwa AI kemungkinan besar akan mentransformasikan, bukan malah menghancurkan pekerjaan, dalam waktu dekat, yang berpotensi memberikan dampak buruk terhadap kualitas pekerjaan," tulis WEF.

"Pergeseran kekuatan konsumen seperti ini kemungkinan besar akan menghambat pertumbuhan perekonomian, meskipun belum jelas apakah besarannya akan mengimbangi keuntungan melalui manfaat produktivitas,” demikian laporan tersebut.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya