Aksi protes di depan pabrik milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi/Net
Ratusan pekerja berunjuk rasa di luar kawasan pabrik yang didanai China, PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi, setelah peristiwa ledakan yang menewaskan 18 orang, akhir pekan lalu.
Mengutip AFP, Minggu (31/12), aksi protes yang digelar pada 27 Desember itu menuntut pihak pabrik bertanggung jawab atas insiden ledakan itu.
Mereka mengajukan 23 tuntutan kepada manajemen, berdasarkan surat yang dikirim ke polisi oleh serikat pekerja yang mewakili pekerja.
Tuntutan yang diajukan antara lain, agar pabrik peleburan dipelihara lebih baik, klinik kesehatan ditingkatkan untuk menghadapi keadaan darurat, dan pekerja China harus belajar Bahasa Indonesia.
"Tidak ada produksi bernilai nyawa!" teriak pengunjuk rasa, seperti ditunjukkan dalam rekaman video.
Di antara yang tewas saat ledakan adalah Muhammad Taufik, tukang las berusia 40 tahun yang meninggalkan istri dan dua anak.
“Keluarganya berduka, dia pencari nafkah,” kata sepupu Taufik, Parlin Hidayat, seraya menambahkan, ITSS telah memberikan kompensasi kepada keluarga sebesar Rp471 juta, setelah kecelakaan.
Sementara itu, Dedy Kurniawan, juru bicara Morowali Industrial Park, kepada AFP mengatakan, perusahaan memenuhi apa yang mereka (pengunjuk rasa) minta dua hari lalu.
“Kami berharap demonstrasi ini tidak berlanjut, setelah mereka mendengar penjelasan kami,” katanya.
Seperti diketahui, Sabtu (23/12), terjadi ledakan di pabrik ITSS, menewaskan 18 orang dan melukai puluhan lainnya.
Di hari ledakan, jurubicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan, delapan warga negara mereka termasuk di antara korban tewas.
“Saya ingin menekankan, China selalu mengutamakan produksi yang aman pada proyek-proyek luar negeri yang didanai modal China," katanya, pada konferensi pers harian.
Sulawesi merupakan pusat produksi nikel di negara kaya mineral, logam dasar yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik dan baja tahan karat.
Sementara itu, Tsingshan Holding Group, produsen nikel terbesar di dunia dan pembuat baja tahan karat terbesar di China, memegang saham mayoritas di ITSS.
Meningkatnya investasi China di sektor itu memicu keresahan mengenai gaji dan kondisi kerja.
Pada Januari, dua pekerja, salah satunya warga negara China terbunuh di pabrik peleburan nikel di kawasan industri yang sama, setelah terjadi kerusuhan saat protes mengenai kondisi keselamatan dan gaji.