Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Ekonomi Politik 2024 Masih Limbung

OLEH: MUKHAER PAKKANNA
SABTU, 30 DESEMBER 2023 | 01:33 WIB

DI ujung tahun ini, kita perlu membidik bakal apa yang terjadi dalam blantika dan dinamika ekonomi dan politik nasional. Yang jelas, pada 2024 terjadi political overheating, Selain riuhnya kandidasi calon legislatif dari pelbagai parpol, tentu diiringi panasnya suhu pertarungan paslon presiden-wapres.

Jika pada Pemilu 2014 dan 2019 menyeruak pembelahan berbasis identitas agama, suku, dan etnis, maka pada pesta demokrasi 2024, lebih mengemuka pembelahan berbasis unsur negara atau nonnegara, status quo dan nonstatus quo, perubahan dan keberlanjutan, dan lain-lain.

Tensi jualan identitas terutama berbasis agama teredam pada 2024. Jualan simbol-simbol agama sedikit bisa dilerai. Saya ingin menukil ucapan Ibnu Rusyd, “Bisnis paling menguntungkan adalah jualan agama kepada masyarakat yang bodoh. Kalau kau ingin menguasai orang-orang bodoh, maka bungkuslah kejahatan dengan kemasan agama”.


Jika anda tidak jernih dalam memilih kandidat, terutama untuk pasangan paslon, besar kemungkinan akan berkuasa hingga 10 tahun ke depan atau lazim dua periode. Artinya, kita memilih untuk pertarungan 2024-2034. Suatu rentang yang akan mendeterminasi nasib bagaimana kita mengelola bonus demografi agar tidak menyeret ke tiang sejarah malapetaka demografi. Jualan Indonesia Emas hanya sekadar khayalan kosong jika salah memilih paslon.

Demikian pula pada aspek ekonomi, semua pemilik modal raksasa lagi wait and see. Investor tidak ada yang berani menginjeksi dananya untuk proyek-proyek strategis dan jangka panjang. Mereka bersifat pragmatis, melakukan investasi politik terutama mendanai kandidasi yang memiliki tingkat survei elektabilitas yang menanjak. Pemilik modal pasti rasional melihat pelbagai survei-survei.

Yang sedikit menopang ekonomi kita pada 2024 hanyalah belanja politik. Bayangkan biaya perhelatan pesta demokrasi untuk KPU saja berjumlah Rp76,6 triliun. Belum lagi berapa besar biaya kontestasi tiga pasangan paslon dan calon legislatif yang jumlahnya 9.917 orang.

Di sisi lain, kondisi ekonomi global lagi lesu dihadang tensi geopolitik dunia terutama mendidihnya eskalasi konflik Timur Tengan dan Rusia-Ukraina yang tidak jelas ujung penyelesaiannya. Begitu juga, melemahnya daya beli masyarakat dunia, kenaikan harga pangan, dan seterusnya.

Sementara di dalam negeri, kita masih dijerat tingkat ICOR (Incremental Capital Output Ratio) yang masih sangat tinggi. Menyandera pendapatan negara kita. Angka ICOR Indonesia masih bertengger tinggi mendekati 7,4 persen, sementara rerata negara Asean hanya 3,5%. Artinya, masih rendahnya produktivitas, rendahnya daya saing, inefisiensi, masih membengkaknya angka korupsi, dan banyaknya biaya siluman menerpedo mesin birokrasi ekonomi.

Begitu juga masalah Total Factor Productivity (TFP) Indonesia sangat ironis dibandingkan banyak negara lain. TFP menjadi indikator ini dipakai untuk mencerminkan tingkat produktivitas suatu negara dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Terpentalnya TFP juga bertalian dengan gejala deindustrialisasi di Indonesia, yang diindikasikan dengan menurunnya kontribusi manufaktur terhadap PDB.

Penulis adalah Ekonom Muhammadiyah/Rektor ITB Ahmad Dahkan Jakarta 2018- 2023

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya