Berita

Tradisi Sasi di Papua Barat Daya/Net

Nusantara

Tradisi Sasi di Misool, Jaga Ekosistem Laut dan Ketahanan Pangan

JUMAT, 01 DESEMBER 2023 | 04:59 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Masyarakat Misool, Raja Ampat, Papua Barat Daya, memiliki tradisi sasi atau sistem asli untuk menjaga laut.

Tradisi ini diwariskan secara turun temurun dan menjadi kearifan lokal bagi masyarakat Misool.

Dikutip dari Kantor Berita RMOLSorong, Kamis (30/11), tradisi sasi berupa larangan mengambil biota laut, yang ditetapkan secara musyawarah oleh tokoh masyarakat, adat dan agama.

Sasi ibaratnya tabungan untuk ketahanan pangan, jeda mengambil, lantas mengambil pada suatu waktu yang ditentukan.

Sasi sebagai upaya memberi kesempatan pada biota laut tertentu untuk berkembang di kawasan perairan dan kurun waktu tertentu.

Pembukaan dan penutupan sasi disepakati secara musyawarah bersama. Wilayah yang disasi berarti berlaku larangan mengambil biota laut seperti lola (Trochus niloticus), lobster (Panurilus sp), batu laga (Turbo marmoratus), dan teripang.

Tetapi masyarakat masih bisa memancing ikan. Ikan diperbolehkan dipancing, karena ikan mampu bergerak lintas wilayah, sehingga tidak disasi. Biasanya, jenis biota laut yang disasi memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Pengambilan yang sembarangan akan membuat lola, lobster, batu laga dan teripang menjadi langka.

Upacara adat, seperti sajian sirih pinang atau samsom, mengawali prosesi sasi, yang biasanya berjangka enam bulan dengan mempertimbangkan musim angin selatan dan musim angin barat.

Selama musim angin selatan yang bermula pada Mei sampai Oktober, sasi ditutup. Selama musim angin selatan, nelayan tidak bisa mencari biota laut karena angin dan ombak sehingga sasi ditutup.

Sebaliknya, saat musim barat, sasi kembali dibuka karena laut kembali teduh. Nelayan bisa mengambil biota laut yang disasi mulai November hingga April.

Tradisi sasi membuat masyarakat Misool memiliki koneksi dengan laut. Masyarakat Misool secara turun temurun menjaga kelestarian alam untuk generasi penerus.

Tradisi sasi juga membuka kesempatan bagi kegiatan pariwisata yang melindungi laut.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya