Berita

Ketua Majelis Jaringan Pro Demokrasi (ProDEM), Iwan Sumule/Net

Politik

Bagi Iwan Sumule, Tudingan Neo Orba Terhadap Prabowo Hanya Didengungkan Gerombolan Miskin Ide

JUMAT, 17 NOVEMBER 2023 | 07:44 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Black campaign atau kampanye hitam yang masih terus menyerang Prabowo Subianto membuat Ketua Majelis Jaringan Pro Demokrasi (ProDEM), Iwan Sumule keheranan.

Rasa heran disampaikan Iwan Sumule dalam menanggapi video pembentangan baliho besar bertuliskan “Selamat Datang Neo Orba, Mahkamah Konstitusi Mengaborsi Demokrasi, Tolak Politik Dinasti, Lawan!!!”.

Menurutnya, tudingan sebagai neo orba seharusnya tidak lagi layak diserukan. Pasalnya, Prabowo Subianto dan Joko Widodo sudah melakukan rekonsiliasi usai Pilpres 2014 dan 2019.

Rekonsiliasi itu sendiri, sambungnya, didasari tujuan yang mulia. Yaitu, untuk bersama-sama membangun bangsa dan negara.

“Sehingga narasi ini sudah tidak patut didengungkan lagi. Ingatlah lagi soal rekonsiliasi nasional para tokoh pra-kemerdekaan yang ditandai pembentukan BPUPKI. Itu didasari bentuk kesadaran untuk bersatu mewujudkan kemerdekaan Republik Indonesia,” tegasnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (17/11).

Iwan Sumule berkesimpulan, black campaign yang terus dilakukan terhadap Prabowo Subianto merupakan luapan kebencian gerombolan yang miskin ide dan gagasan. Mereka tidak memiliki kreativitas menghadapi pesta demokrasi dan menolak kemajuan Indonesia.

Padahal, sambungnya, tantangan bangsa Indonesia di situasi global yang semakin tidak menentu ini bukan lagi soal rasa kebencian. Melainkan harus bisa mempersiapkan diri menghadapi tantangan zaman agar visi Indonesia maju terwujud.

“Termasuk memastikan demokrasi secara ekonomi dan politik bisa hadir dalam setiap aspek kehidupan dan sampai ke piring-piring rakyat,” tegasnya.

Tudingan Dinasti

Sementara menanggapi tudingan politik dinasti seiring keikutsertaan Gibran Rakabuming Raka sebagai peserta Pilpres 2024, Iwan Sumule merasa aneh.

Baginya, di negara yang menganut sistem demokrasi, maka secara otomatis dinasti tidak akan ada.

“Jadi mereka yang terus mendengungkan ‘dinasti politik’ tidak percaya dengan sistem demokrasi yang  sedang kita bangun dan perbaiki. Terlebih tak percaya dengan ungkapan ‘vox populi vox dei’ di negara demokrasi,” tutupnya.

Populer

Demo di KPK, GMNI: Tangkap dan Adili Keluarga Mulyono

Jumat, 20 September 2024 | 16:22

Mantan Menpora Hayono Isman Teriak Tanah Keluarganya Diserobot

Jumat, 20 September 2024 | 07:04

KPK Ngawur Sebut Tiket Jet Pribadi Kaesang Rp90 Juta

Rabu, 18 September 2024 | 14:21

Kaesang Kucing-kucingan Pulang ke Indonesia Naik Singapore Airlines

Rabu, 18 September 2024 | 16:24

Fufufafa Diduga Hina Nabi Muhammad, Pegiat Medsos: Orang Ini Pikirannya Kosong

Rabu, 18 September 2024 | 14:02

Kaesang Bukan Nebeng Private Jet Gang Ye, Tapi Pinjam

Rabu, 18 September 2024 | 03:13

Diungkap Roy Suryo, Fufufafa Rajin Akses Situs Porno Lokal dan Mancanegara

Senin, 16 September 2024 | 07:44

UPDATE

Pemindahan IKN Diklaim Disetujui Rakyat, Prabowo Harus Melanjutkan

Kamis, 26 September 2024 | 23:57

Astrid Nadya Kembali Terpilih sebagai Presiden OIC Youth Indonesia

Kamis, 26 September 2024 | 23:44

Kapolri Dorong Korlantas Terus Berinovasi

Kamis, 26 September 2024 | 23:21

Pasangan RIDO Bakal Berdayakan Pensiunan ASN untuk Menghijaukan Jakarta

Kamis, 26 September 2024 | 22:47

Peserta Pilgub Sumut Agar Adu Gagasan, Bukan ‘Gas-Gasan’

Kamis, 26 September 2024 | 22:21

Punya Empat Lawan, Elektabilitas Agung-Markarius Sudah di Atas 50 Persen

Kamis, 26 September 2024 | 22:20

KPK Cekal 3 Tersangka Suap IUP Kaltim

Kamis, 26 September 2024 | 22:07

Kejati Sumut Tahan 5 Tersangka Dugaan Korupsi PT Angkasa Pura II Kuala Namu

Kamis, 26 September 2024 | 21:55

Lewat Hilirisasi, Jokowi Dinilai Sukses Jaga Stabilitas Ekonomi

Kamis, 26 September 2024 | 21:46

Pernah Tempati Asrama Muhammadiyah, Aktivis Ciputat Ini Kini Dilantik jadi Anggota DPRD Labura

Kamis, 26 September 2024 | 21:44

Selengkapnya