Berita

Ilustrasi Foto/Net

Bisnis

Dikampanyekan Gibran, Ini Kritik Pemerhati UMKM Terhadap Program KUR

KAMIS, 02 NOVEMBER 2023 | 13:33 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Bakal Cawapres Koalisi Indonesia Maju (KIM), Gibran Rakabuming Raka, mengampanyekan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai produk unggulan dari pemerintah Jokowi.

Kredit bunga murah ini dibanggakan dan dikampanyekan sebagai program yang akan dilanjutkannya bersama Prabowo Subianto.

Pemerhati koperasi dan UMKM sekaligus Ketua Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (Akses), Suroto mengungkapkan, bahwa KUR sejatinya justru menjadi beban fiskal negara.

“Beban fiskal berarti beban rakyat yang harus dibayar dari pajak dan lebih banyak menguntungkan bankir sebagai makelar program,” ujar Suroto kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (2/11).

Lanjut dia, pemerintah sejak 2007 sudah terapkan kebijakan kredit program yang bernama  KUR. Tujuan awalnya untuk meningkatkan akses kredit kepada masyarakat kecil terutama yang memiliki kelayakan usaha untuk dibiayai (feasible), namun tidak memiliki jaminan yang cukup untuk dapat dipercaya bank (bankable).

“Kebijakan KUR di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terapkan sistem subsidi Imbal Jasa Penjaminan (IJP). Dalam hal ini pemerintah hanya memberikan persentase tertentu dalam bentuk penjaminan kepada bank/lembaga keuangan penyalur jika terjadi kemacetan pinjaman atau Non Performance Loan (NPL) dari nasabah KUR,” jelas dia.

Berdasarkan data yang diperolehnya, persentase kredit macet yang disubsidi dari total penyaluran KUR sebesar 3.25 persen. Realisasi  kebijakan KUR  selama 7 tahun (tahun 2007-2014) sebesar Rp178 triliun dengan alokasi subsidi IJP dari APBN kepada bank sebesar  Rp5,02 triliun.

“Di era Presiden Jokowi sistem kebijakan KUR dirombak. Program KUR dijadikan sebagai salah satu program primadona pemerintah,” tuturnya.  

“Sejak 2015, bank penyalur tak hanya mendapatkan subsidi IJP yang dananya dimasukkan Pemerintah ke PT. Jamkrindo dan PT. Askrindo sebagai lembaga penjamin dalam bentuk Dana Penempatan, namun juga mendapat subsidi bunga yang besarannya terus berubah,” ungkap Suroto.

Dengan demikian, sambung dia, pada tujuh tahun era Jokowi hingga tahun 2022,  realisasi penyaluran KUR sebesar Rp1.330 triliun. Meningkat tujuh setengah kali lipat dari jumlah tahun yang sama di era SBY.  

“Melalui kebijakan KUR, bank sebagai lembaga penyalur program sesungguhnya selama ini yang meraup untung dari subsidi yang berasal dari uang negara, yang bersumber dari pajak yang dibayar masyarakat. Jumlahnya, tak tanggung tanggung, setiap tahunnya mencapai angka puluhan triliun dan terus dinaikkan besarannya,” beber dia.

Masih kata Suroto, program KUR ini berbeda dengan model penyaluran program pemerintah seperti biasa dengan model channeling, di mana uang negara disalurkan langsung kepada masyarakat dan lembaga keuangan hanya berperan murni sebagai perantara saja.

“Uang yang disalurkan bank/lembaga keuangan penyalur KUR menggunakan uang mereka sendiri, namun mendapatkan subsidi sebesar persentase tertentu dari uang yang mereka salurkan sesuai ketentuan yang diatur pemerintah,” ungkapnya lagi.

Suroto menambahkan, pemerintah juga menetapkan batas penyaluran bunga kredit pada tahun 2023 adalah sebesar 3 dan 6 persen. Ini artinya bank masih akan menerima pendapatan bunga sebesar 3 hingga 6 persen yang dibayar oleh nasabah.

“Jika biaya modal rata rata bank penyalur adalah 3 persen maka subsidi negara menjadi pendapatan bersih bank/lembaga keuangan penyalur,” urainya.

Dia mencontohkan, BRI sebagai bank terbesar yang menyalurkan KUR. Jika dibuat rata rata dalam 3 tahun terakhir sebesar 68 persen. Artinya untuk BRI sendiri pada tahun 2023 akan menikmati keuntungan bersih dari subsidi negara sebesar Rp30,7 triliun dari program KUR.

“Di tengah narasi glorifikasi terhadap sukses program KUR yang selalu diekspos pemerintah dalam membantu rakyat kecil, dari skema kebijakan yang diterapkan, sebetulnya justru lebih banyak menguntungkan bank sebagai makelar program ketimbang masyarakat kecil yang seharusnya jadi target sasaran program,” pungkasnya.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya