Konferensi Internasional ke-2 MSP di Dakar, Senegal, Jumat (27/10).
Mouvement des Sahraouis pour la Paix (MSP) atau Gerakan Sahrawi untuk Perdamaian kembali digelar. Ini adalah kekuatan politik baru yang mewakili Sahrawi yang tidak mengidentifikasi diri dengan proyek politik kelompok separatis Polisario.
Dipimpin Lhaj Ahmed Barikalla, Konferensi Internasional MSP digelar Jumat kemarin (27/10) di ruang 4 April di Pusat Perdagangan Luar Negeri Senegal (CICES) di Dakar, Senegal.
Sejumlah tokoh terkemuka dari Eropa, Afrika dan Amerika Latin, yang mengambil bagian dalam pertemuan ini memuji keberanian MSP yang tak tergoyahkan dalam mencari solusi damai terhadap konflik Sahrawi.
Mantan Presiden Kongres dan mantan Menteri Pertahanan Spanyol, José Bono, dalam pertemuan menekankan pentingnya menyelesaikan konflik Sahara dengan tetap menghormati hak asasi manusia dan prinsip-prinsip hukum internasional.
Dari pengamatannya saat berkujung ke Sahara, dia mengatakan, Sahara bukanlah wilayah pendudukan. Bono merujuk pada rencana otonomi yang diusulkan Maroko pada tahun 2007, yang digambarkan sebagai sesuatu yang serius dan realistis oleh Dewan Keamanan PBB.
Bono juga menyerukan dialog antara Maroko, Polisario, MSP, dan Aljazair untuk menemukan solusi terhadap pertanyaan Sahara, dengan menyatakan bahwa pembentukan negara di Sahara merupakan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan regional.
Adapun mantan Presiden Spanyol, Rodríguez Zapatero, melalui rekaman videoe menyatakan dukungan kepada MSP yang berupaya menemukan solusi damai terhadap konflik Sahara.
Ia menekankan pentingnya rekonsiliasi dan dialog dalam menyelesaikan masalah Saharawi, dan mendorong penghormatan terhadap hak-hak masyarakat Saharawi, termasuk hak mereka untuk memiliki pemerintahan sendiri.
Dia juga memuji peran Haj Ahmed dan menyatakan keyakinannya bahwa ide-ide MSP pada akhirnya akan diakui oleh badan-badan resmi dan negara-negara yang terlibat dalam permasalahan Saharawi.
Lebih lanjut, Mantan Presiden Burundi, Domitien Ndayizeye, mengucapkan terima kasih kepada MSP atas undangan konferensi tersebut. Ia mencatat sejarah panjang permasalahan Sahrawi di Afrika dan menekankan perlunya negosiasi dan konsultasi langsung antara pihak-pihak yang terlibat untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dia juga menyebutkan ada pihak ketiga yang diuntungkan dari konflik tersebut, dengan mengorbankan masyarakat Saharawi.
Mantan Menteri Kehakiman Spanyol dan Anggota Parlemen Eropa (MEP) PSOE saat ini, Juan Fernando Aguilar, memuji MSP dan Pusat Intelijen Strategis Afrika untuk Perdamaian atas pekerjaan mereka. Dia menyatakan dukungannya terhadap pencarian solusi damai terhadap konflik Sahrawi dan menekankan pentingnya rencana otonomi yang diusulkan Maroko. Dia mendesak warga Saharawi di provinsi selatan dan kamp Tindouf untuk bekerja sama mencapai perdamaian, dan menekankan peran penting perempuan dalam masyarakat Saharawi.
Ilmuwan politik Argentina, Adalberto Carlos Agozino, menyoroti kemunculan MSP sebagai oposisi terhadap Polisario dan memuji komitmennya terhadap perdamaian dan negosiasi. Ia mengkritik sikap keras kepala Polisario dan menyerukan dukungan komunitas internasional untuk mencari solusi kompromi terhadap konflik tersebut. Dia menekankan pentingnya menghormati kepentingan dan kebutuhan seluruh warga Saharawi untuk mencapai perdamaian abadi.
Mantan Menteri Luar Negeri Peru, Miguel Angel Rodriguez Mackay, pada bagiannya, mengungkapkan kekaguman yang mendalam terhadap tokoh-tokoh Syioukh dan Sahrawi atas keterbukaan pikiran mereka terhadap visi MSP dan rancangan resolusi konflik di Sahara, sementara menekankan pentingnya persatuan dan kerja sama dalam upaya mencari keadilan bagi kaum Sahrawi.
Mackay menekankan, upaya mencapai perdamaian di kawasan memerlukan kerja sama yang berkelanjutan dan saling pengertian antara semua pihak terkait. Beliau menekankan bahwa perdamaian hanya dapat dicapai dengan kerja sama, menghormati hak-hak semua individu dan mengakui nilai-nilai penting setiap anggota masyarakat Sahrawi, baik laki-laki maupun perempuan.
“Visi MSP untuk solusi damai konflik Sahara tampaknya merupakan harapan yang realistis, asalkan semua pihak terkait berkomitmen penuh terhadap visi mulia tersebut,” ujarnya.