Berita

Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin/Net

Bisnis

Tingkatkan Daya Beli, PM Thailand akan Bagi-bagi Uang Insentif Rp 4 Juta Per Orang

SABTU, 21 OKTOBER 2023 | 06:41 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Sekitar puluhan juta warga Thailand akan menerima insentif sebesar 10 ribu bath (Rp 4,3 juta) dari perdana menteri baru, Srettha Thavisin, mulai Februari mendatang.

Keputusan ini diambil sebagai bagian dari rencana stimulus ekonomi senilai 16 miliar dolar AS (sekitar Rp 253 triliun) yang disusun oleh Partai Pheu Thai yang saat ini berkuasa.

Program insentif ini berfokus pada dompet digital dan ditujukan bagi warga negara Thailand yang berusia 16 tahun ke atas.


Tujuan utama program ini adalah untuk meningkatkan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah dan merangsang pertumbuhan ekonomi dengan mendistribusikan pendapatan secara merata di seluruh negeri.

"Niat kami adalah agar uang tersebut dibelanjakan di wilayah lokal tempat alamat Anda terdaftar. Ini akan membantu mengembangkan komunitas Anda dan bukan hanya kota-kota besar saja," tulis Thavisin di platform media sosial X, dikutip Jumat (20/10).

Namun, rencana tersebut masih menuai beberapa tantangan. Salah satunya adalah implementasi dengan menggunakan dompet digital, yang mungkin belum efektif di wilayah pedesaan di mana masyarakat masih kesulitan bertransaksi dengan platform digital untuk berbelanja di toko-toko tradisional terdekat.

Warga di pedesaan seringkali memiliki toko kelontong kecil yang tidak menerima pembayaran digital, dan jarak antara rumah mereka dengan kota cukup jauh.

Seorang pedagang memandang langkah ini tidak tepat sasaran.

"Ini akan menguntungkan 7-Eleven, bukan toko sederhana seperti milik saya, saya jamin," kata Orapin Thanomsap, pemilik toko makanan dan barang kecil di distrik Watthana Bangkok.

Selain itu, puluhan akademisi, ekonom, dan mantan gubernur Bank of Thailand juga telah mengeluarkan pernyataan bersama menentang program intensif ini.

Mereka mendesak pemerintah untuk membatalkan program tersebut, dengan alasan bahwa pengeluaran besar-besaran untuk meningkatkan konsumsi jangka pendek dapat menambah utang publik dan membahayakan stabilitas keuangan Thailand dalam jangka panjang.

"Pada akhirnya, masyarakatlah yang harus membayarnya kembali, baik melalui pajak yang lebih tinggi dan atau harga barang yang lebih tinggi yang disebabkan oleh inflasi akibat suntikan moneter," tegas pernyataan itu.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya