Diskusi Publik bertajuk, “Pemilu 2024: Antara Demokrasi dan Tantangan Disintegrasi” di Adiputra Space, Sleman, Yogyakarta, pada Minggu (15/10)/Ist
Kekhawatiran akan terjadnya disintegrasi alias perpecahan sosial pada gelaran Pemilu 2024, diragukan sejumlah kalangan.
Salah satunya, dikatakan Direktur Atmawidya Alterasi Indonesia, Titok Hariyanto, yang memandang semua elemen masyarakat di Indonesia setuju bahwa Pemilu merupakan momentum kontestasi lima tahunan.
Hal itu Titok sampaikan dalam Diskusi Publik bertajuk, “Pemilu 2024: Antara Demokrasi dan Tantangan Disintegrasi” di Adiputra Space, Sleman, Yogyakarta, pada Minggu (15/10).
"Semua sepakat menggunakan momentum pemilu sebagai ruang kontestasi. Tidak ada yang menolak, semua menerima pemilu. Jadi bisa jadi tidak ada (disintegrasi)," kata Titok.
Terkait adanya dugaan intervensi asing yang memanfaatkan LSM-LSM lokal untuk menciptakan narasi-narasi provokatif dan propaganda politik yang memecah belah, Titok mengaku tidak khawatir akan berdampak secara signifikan terhadap Pemilu 2024.
"Saya nggak yakin LSM bisa membuat satu desain yang kemudian membuat politik kita buyar, membuat disintegrasi," katanya.
Titok mendorong agar Pemilu 2024 dipenuhi dengan partarungan ide dan gagasan. Publik, katanya, perlu memanfaatkan momentum Pemilu ini untuk mengangkat berbagai persoalan yang dialami masyarakat.
Sehingga, masih kata Titok, para kontestan tidak hanya berbicara soal kalah dan menang.
"Jadi tidak lagi bicara ini potensi kalah atau menang karena survei, tetapi menyodorkan masalah untuk diselesaikan," pungkasnya.