Berita

Presiden Joko Widodo saat memberi sambutan di acara Rakernas PDIP terkait kedaulatan pangan/Ist

Publika

Antara Kegagalan Pangan dan Dijajah Ekonomi

OLEH: ADIAN RADIATUS*
JUMAT, 06 OKTOBER 2023 | 06:31 WIB

DUA pernyataan dalam sepekan ini yang disampaikan Presiden Joko Widodo sangat menarik perhatian sekaligus keprihatinan. Pasalnya, dua topik besar terkait hajat rakyat banyak itu diungkapan oleh orang nomor satu di republik ini atas sukses dan gagalnya sebuah kepemimpinan berbasis pengambil kebijakan tertinggi.

Dalam pesannya saat memberi sambutan di acara Rakernas PDIP terkait kedaulatan pangan kepada penggantinya kelak mengandung era kegagalan secara implisit selama hampir 10 tahun kepemimpinannya. Kemudian kejutan yang coba dibangun atas pengakuan bahwa dirinya tidak sadar bila Indonesia telah dijajah secara ekonomi.

Dua sumbu kehidupan pertanda kesejahteraan suatu bangsa paling mendasar yakni swasembada pangan dan kemandirian ekonomi secara implisit dan eksplisit telah diakui oleh Presiden Jokowi di forum terbuka dan tentunya merupakan 'buah pahit' bagi rakyat kebanyakan.


Tentu saja 'kebodohan' sebuah pemerintahan tak melulu harus ditanggung sang pemimpin seorang diri, namun tanggung jawab dihadapan rakyat pun tak dapat disangkakan begitu saja pada pihak lain, seperti anggota kabinet apalagi kartel-kartel terkait.

Maka dengan kondisi semacam ini, evaluasi kepemimpinan oleh diri sendiri maupun tim secara keseluruhan diharapkan mampu merujuk suatu tindakan kebijakan yang tajam dan fundamental. Mencabut UU Omnibuslaw yang buruk secara kepentingan besar rakyat harus segera dilakukan, dibatalkan dan dinyatakan untuk tidak lagi ditampilkan oleh pemerintahan selanjutnya.

Hanya dengan hal tersebut, maka keseriusan atas tersadarnya kedua masalah inti itu sebagai peluang untuk mengembalikan 'basa basi' keadaan terpuruk yang tengah berlangsung ini menjadi sebuah keniscayaan kesungguhan atas kesadaran yang diungkapkan berupa aksi nyata kepada rakyat. Cabut UU yang menghambat itu.

Presiden Jokowi jangan sampai hasil kinerjanya menjadi bias dan kelam gegara dua fakta yang diungkapkannya itu sendiri memang nyaris menjadi kenyataan saat ini.

Sehingga akan menjadi sebuah era kepemimpinan yang penuh kontradiktif dimana istilah "no heaven" bagi rakyat kebanyakan di negeri yang besar 'gemah ripah loh jinawi' ini menjadi mimpi belaka mengiringi kepedihan hidup rakyat banyak dihantar oleh kegagalan pangan dan ekonomi yang terjajah.

*Penulis adalah pemerhati sosial politik

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Gunting Pita Cegah Bencana

Minggu, 30 November 2025 | 03:18

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Larangan Reklame Produk Tembakau Mengancam Industri Periklanan

Minggu, 07 Desember 2025 | 08:05

Indonesia Raih Juara 2 di MHQ Disabilitas Netra Internasional 2025

Minggu, 07 Desember 2025 | 08:03

Nasihat Ma’ruf Amin soal Kisruh PBNU

Minggu, 07 Desember 2025 | 07:48

Kemenkop–Kejagung Perkuat Pengawasan Kopdes Merah Putih

Minggu, 07 Desember 2025 | 07:35

China Primadona Global

Minggu, 07 Desember 2025 | 07:01

UUD 1945 Amandemen Masih Jauh dari Cita-cita Demokrasi Pancasila

Minggu, 07 Desember 2025 | 06:37

Pekerja Pengolahan Tuna di Jakarta, Bali dan Sulut Masih Memprihatinkan

Minggu, 07 Desember 2025 | 06:12

Bakamla dan Indian Coast Guard Gelar Latihan Bareng di Laut Jawa

Minggu, 07 Desember 2025 | 05:55

Program Edukasi YSPN Cetak Regenerasi Petani Muda

Minggu, 07 Desember 2025 | 05:37

Saatnya Rakyat jadi Algojo

Minggu, 07 Desember 2025 | 05:09

Selengkapnya