Berita

Bakal calon presiden dari PDIP Ganjar Pranowo/Net

Suluh

Rebound Bukan Jaminan

SENIN, 28 AGUSTUS 2023 | 17:46 WIB | OLEH: WIDIAN VEBRIYANTO

ELEKTABILITAS bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo yang mengalami rebound sedang ramai menjadi perbincangan publik. Seolah, kini Gubernur Jawa Tengah itu bisa mengalahkan kedua pesaing utamanya, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

Salah satu yang menyebut elektabilitas Ganjar mengalami rebound atau naik kembali adalah Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC). Berdasarkan hasil survei yang mereka lakukan pada 31 Juli hingga 11 Agustus 2023 dengan melibatkan 4.260 responden, didapat hasil bahwa elektabilitas Ganjar meroket ke angka 35,9 persen.

Dalam simulasi tiga nama tertutup dengan pertanyaan siapa tokoh yang akan dipilih jika pilpres digelar hari ini, Prabowo terlempar ke posisi kedua dengan 33,6 persen. Sementara Anies Baswedan jadi jurukunci dengan 20,4 persen. Tapi di satu sisi masih ada 10,1 persen yang belum menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab.


Ganjar disebut rebound karena pada survei tanggal 16 hingga 23 Juli 2023, Ganjar hanya berada di peringkat kedua dengan 30,8 persen, sementara peringkat pertama dihuni Prabowo Subianto dengan 37,8 persen dan Anies di peringkat terakhir dengan 21,5 persen.

Pun demikian, SMRC mencatat semua masih dinamis. Alasannya, karena belum ada yang meraih suara di atas 50 persen.

Rebound Bukan Jaminan

Kata elektabilitas rebound bukan istilah yang baru. Pada tahun 2017 lalu, kata tersebut sempat booming. Tepatnya saat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengikuti ajang Pilkada DKI Jakarta. Ahok yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat disebut mengalami kenaikan elektabilitas kembali, usai tergerus isu penistaan agama.

Namun demikian, elektabilitas rebound bukan jaminan. Ahok tetap saja keok dalam hasil akhir melawan Anies Baswedan.

Angka survei memang terkadang mengecoh. Seolah menang, tapi ternyata justru kalah telak. Bahkan Ganjar Pranowo yang disebut bakal menang telak melawan Sudirman Said di Pilkada Jawa Tengah 2018. Survei menyebut demikian.

Fakta lapangan pun mendukung. Ganjar didukung oleh 7 partai dengan total 58 kursi DPRD. Sedang Sudirman hanya didukung 4 partai dengan 42 kursi. Fakta lainnya, Ganjar adalah petahana, sedang Sudirman pendatang baru. Selain itu, arena pertandingan juga digelar di daerah yang dikenal sebagai kandang banteng.

Ganjar memang menang. Tapi tidak terlalu meyakinkan untuk seorang petahana yang diusung mayoritas kursi DPRD dan bertanding di wilayah kekuasaan partainya. Persentase hasilnya hanya 58,78 persen berbanding 41,22 persen.

Intinya, hasil survei yang menyatakan rebound ataupun menang saat ini bukan jaminan. Apalagi, para bacapres belum menemukan pendamping untuk mengarungi Pilpres 2024. Bukan tidak mungkin nama cawapres turut mendongkrak elektabilitas capres.

Menanti Manuver Keluarga Jokowi


Selain elektabilitas capres, hal yang paling diperbincangkan di tahun politik ini adalah sikap keluarga Jokowi. Sudah jadi rahasia umum bahwa keluarga Solo belum sepenuh hati mendukung Ganjar Pranowo yang sudah resmi didukung PDIP, partai tempat mereka bernaung sebagai petugas partai. Sebaliknya, keluarga Jokowi justru seolah membuka pintu dukungan untuk Prabowo Subianto.

Gibran menjadi kunci. Andai MK yang dipimpin adik ipar Jokowi, Anwar Usman bisa memudahkan jalan sang anak sulung, maka impian keluarga Jokowi tetap bertahta di Istana terbuka lebar. Jika sudah ada putusan bahwa usia minimal capres-cawapres 35 tahun, maka Gibran tinggal memilih cantolan. Apakah ke Prabowo atau Ganjar.

Sejauh ini, pintu Prabowo paling terbuka untuk Gibran. Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani bahkan terang-terangan menyatakan dirinya berharap Prabowo bisa berduet dengan Gibran.

Untuk ke Ganjar terbilang berat. Karena dua-duanya menjadi representasi dari PDIP. Artinya, sulit bagi partai lain untuk bisa bergabung dalam koalisi tersebut. Walaupun pada 2019 lalu Prabowo-Sandi yang sama-sama didukung Gerindra bisa mendapat tambahan dukungan partai lain.

Tapi setidaknya dengan tetap bersama PDIP, keluarga Jokowi tidak akan dicap sebagai pengkhianat. Walau di satu sisi, apa gunanya menghilangkan cap pengkhianat jika di satu sisi bisa bermanuver untuk menduduki singgasana kembali.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya