Senjata dan peralatan canggih yang diperoleh Ukraina dari Barat tidak memberikan hasil signifikan di medan perang.
Hal ini disinyalir karena para tentara tidak mendapat pelatihan yang cukup untuk menggunakan alat pertahanan tersebut.
Menurut seorang jurnalis CNN yang meneliti masalah itu, Jim Sciutto, Ukraina mempercepat proses pelatihan untuk menggunakan senjata Barat, agar mereka bisa segera dikirim ke garis depan.
Sciutto mengungkap, pasukan Kyiv hanya diberi pelatihan selama beberapa minggu untuk mengoperasikan sebuah alat pertahanan yang seharusnya membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk bisa mahir menggunakannya.
"Mereka mendapat kendaraan tempur Bradley AS yang sangat canggih dan tank Leopard Jerman. Sementara mereka hanya mendapat pelatihan selama delapan minggu," ungkapnya, seperti dimuat
The Defense Post pada Kamis (10/9).
Itulah mengapa, kata Sciutto, serangan balik yang dilancarkan Ukraina sejak Juni lalu, tidak optimal dan berjalan lebih lambat dari yang diperkirakan.
"Bukan karena alatnya, tetapi karena pasukan memerlukan waktu untuk menggunakan senjata asing dari Barat," tegasnya.
Senada dengan Scuitto, Direktur Program Studi Rusia di Pusat Analisis Angkatan Laut Michael Kofman sempat menyebut bahwa militer Ukraina tidak proporsional dari segi kesiapan. Sebab beberapa anggota memiliki pelatihan yang cukup, sementara yang lain hanya memiliki waktu pelatihan yang sedikit.
Keterlambatan pengiriman senjata juga menjadi faktor melambatnya mobilisasi pasukan Ukraina di medan tempur.