Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida dan PM India, Narendra Modi/Net
Hubungan antara India dan Jepang terus menguat dan berkembang dari waktu ke waktu. Hal itu didorong oleh sejarah pertukaran yang panjang antara kedua negara sejak abad ke-6 ketika agama Buddha diperkenalkan di Jepang.
Di tengah tantangan geopolitik yang semakin kompleks dan tegasnya tindakan China di Indo-Pasifik, kedua negara itu semakin meningkatkan hubungannya untuk menghadapi tantangan tersebut secara bersama-sama.
Seperti dikutip
The Print, Rabu (2/8), baru-baru ini kedua negara melakukan diskusi strategis, untuk menciptakan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, serta mendorong kerja sama ekonomi, dan interaksi orang-ke-orang.
Kemitraan yang mendalam, berorientasi pada tindakan, dan mencakup tujuan politik, ekonomi, dan strategis jangka panjang yang terus ditekankan, telah tercermin semenjak Tokyo dan New Delhi meningkatkan status kemitraan bilateral mereka menjadi Kemitraan Strategis dan Global Khusus pada 2014.
Saat ini, menjelang KTT G20 dan G7 dengan keketuaan yang dipegang masing-masing oleh negara itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah memperkuat komitmennya untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi "Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka".
Dalam langkah tersebut, kedua negara telah mengembangkan kerangka kemitraan keamanan, termasuk Dialog '2+2', yang melibatkan Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan. Kemitraan itu diterapkan dalam partisipasi rutin kedua negara dalam latihan militer bersama, seperti Latihan Malabar, dan perdagangan alutsista dan logistik militer.
Dalam hal kerja sama ekonomi, Tokyo dan New Delhi merupakan mitra dagang penting satu sama lain, dengan Jepang menjadi mitra dagang terbesar ke-13 India dan India menjadi mitra dagang terbesar ke-18 Jepang. Dengan investasi sektor swasta Jepang di India yang saat ini terus meningkat, yang menjadikan Jepang sebagai salah satu investor asing terbesar di India.
Dalam dialog strategis ke-15 antara kedua negara, para menteri luar negeri sepakat untuk mencapai target investasi Jepang di India sebesar 5 triliun Yen (Rp 531 triliun) selama periode 2022-2027.
Mereka juga mengeksplorasi kerja sama di bidang teknologi kritis, semikonduktor, rantai pasokan yang tangguh, infrastruktur publik digital, hingga kerja sama peralatan dan teknologi pertahanan.
Selain itu dalam melawan pengaruh China, India dan Jepang bersama-sama mengembangkan proyek infrastrukturnya di seluruh Sri Lanka, Bangladesh, dan Afrika, yang bertujuan untuk melawan Inisiatif Sabuk dan Jalan China (BRI) dan mendukung pembangunan wilayah serta masyarakat setempat.
Komitmen mereka untuk mencapai tujuan bersama dalam menghadapi perubahan dinamika geopolitik global, khususnya ancaman China terus diperlihatkan, dengan menguatnya kerja sama antara kedua negara itu.