Rudal balistik antarbenua, Hwasong-18 saat ditembakkan pada 12 Juli 2023/KCNA
Semenanjung Korea kembali diguncang ketegangan setelah Korea Utara dikabarkan meluncurkan beberapa rudal jelajah ke Laut Kuning pada Sabtu (22/7). Informasi tersebut diungkapkan oleh Kepala Staf Gabungan (JCS).
Otoritas intelijen dari Korea Selatan dan Amerika Serikat saat ini sedang menyelidiki peluncuran itu untuk mengetahui lebih lanjut terkait jenis rudal yang digunakan dan rincian lainnya.
"Militer kami telah memperkuat pengawasan dan kewaspadaan sambil bekerja sama erat dengan Washington dan mempertahankan postur kesiapan yang kuat," kata JCS, seperti dikutip
Korea Herald.Menurutnya, pihak berwenang secara cermat terus memantau setiap kegiatan tambahan yang dilakukan oleh Korea Utara untuk mengantisipasi potensi ancaman lebih lanjut.
Insiden ini terjadi hanya tiga hari setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur yang telah menambahkan ketegangan di wilayah Semenanjung Korea.
Kejadian tersebut dipicu oleh kunjungan langka kapal selam rudal balistik nuklir kelas Ohio AS, USS Kentucky (SSBN 737), yang berkekuatan canggih selama lebih dari 40 tahun, seberat 18.750 ton di pelabuhan Korea Selatan, dan sesi perdana Kelompok Konsultatif Nuklir Korea Selatan-AS awal pekan ini.
Sebagai reaksi atas kunjungan itu, Korea Utara mengeluarkan kecaman dengan menyatakan bahwa penempatan kapal selam tersebut mungkin melanggar persyaratan hukum yang berkaitan dengan penggunaan senjata nuklirnya.
Maret lalu, Korea Utara telah meluncurkan rudal jelajah strategis yang diikuti dengan uji coba hulu ledak yang mensimulasikan hulu ledak nuklir.
Saat itu, media pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa dua rudal jelajah strategisnya tipe "Hwasal-1" dan dua rudal jelajah strategis tipe "Hwasal-2" telah berhasil mencapai sasaran yang ditentukan di Provinsi Hamgyong Selatan, Laut Timur, yang memicu ketegangan.